Laman

Rabu, 05 Juni 2013

Sedna (planet baru? pengganti pluto?)

sedna

Para astronom di Institut Teknologi California yang dipimpin oleh Dr. Michael Brown menemukan sebuah benda langit yang misterius pada tanggal 14 November 2003. Benda langit yang ditemukan beberapa waktu lalu bisa jadi planet ke-10 di tata surya kita. Objek yang semula bernama 2003 VB12 ini kemudian mendapat sebutan baru, yakni Sedna, nama yang diambil dari Dewi Samudra bangsa Inuit.
Sedna adalah benda angkasa terbesar yang ditemukan mengelilingi Matahari, sejak para astronom menemukan Pluto tahun 1930. Ukuran batu berlapis es ini masih belum diketahui dengan pasti, namun ada dugaan ia sedikit lebih besar dari Pluto.

Pengamatan menggunakan teleskop ruang angkasa Spitzer yang baru diluncurkan, menemukan bahwa Sedna memiliki lebar penampang sekitar 2.000 kilometer, bahkan barangkali bisa lebih besar dibanding Pluto yang penampangnya 2.250 kilometer.

Perhitungan awal menduga benda langit itu berada antara 7,5 milyar hingga 10 milyar kilometer dari Bumi, di wilayah antariksa yang dikenal sebagai Sabuk Kuiper atau Kuiper Belt (KB). Wilayah ini berisi ratusan objek angkasa yang masih belum terjamah oleh pengamatan manusia. Kebanyakan anggota KB adalah batu-batu berlapis es kecil, namun beberapa di antaranya, bisa sebesar atau lebih besar dari Pluto, seperti Sedna.
Sebelumnya, Sedna dinyatakan sebagai Plutino, atau objek-objek angkasa yang orbitnya terkait dengan jalur Pluto saat mengelilingi Matahari. Sekelompok astronom bahkan masih menganggap Pluto sendiri bukan sebuah planet tapi hanya salah satu benda langit besar di tepian tata surya. Sedang Sedna sebagai objek angkasa yang baru ditemukan memiliki fisik yang terlalu kecil untuk disebut planet, tapi cukup besar bila digolongkan sebagai asteroid.

Namun, keputusan apakah Sedna benar-benar sebuah planet atau hanya batu angkasa saja masih belum final. Ada beberapa pertimbangan memang. Satu yang mengkuatkan adalah Sedna memiliki orbit normal ke Matahari. Nah, untuk menentukan apakah orbit Sedna benar-benar stabil, sejumlah astronom akan meneliti kembali. Hasilnya nanti akan bisa dipakai untuk menentukan apakah benda langit itu bisa digolongkan sebagai planet. [Dari berbagai sumber]

Planet Baru’ Sedna Mungkin Memiliki Bulan
Dari sana, Matahari hanya akan terlihat seperti titik cahaya.
Objek angkasa yang oleh para astronom diperkirakan sebagai planet ke sepuluh di tata surya, bisa jadi memiliki sebuah bulan. ’Planet’ baru yang diberi nama Sedna itu berotasi lebih pelan daripada perkiraan semula, sehingga menimbulkan dugaan bahwa ia memiliki sebuah satelit yang mengorbitnya.

“Kami menduga (lambatnya waktu rotasi itu) merupakan tanda adanya sebuah satelit di dekat Sedna,” ujar Dr Mike Brown, salah satu ilmuwan yang ikut menemukan Sedna, Senin kemarin (15/3), saat memberikan keterangan lebih detail mengenai penemuan tersebut dalam suatu konferensi pers.

Ilmuwan dari California Institute of Technology itu juga menyebutkan, berdasar observasi terakhir, ukuran diameter Sedna ternyata tidak lebih besar dari 1.700 kilometer, yang artinya lebih kecil dari Pluto. “Namun kami berharap bisa melakukan observasi dalam waktu dekat menggunakan teleskop ruang angkasa Hubble untuk mengetahui ukuran pastinya dan keberadaan bulan itu,” kata Brown.

Sedna pertama kali terlihat tanggal 14 November 2003, saat para astronom melakukan pengamatan langit menggunakan teleskop Samuel Oschin 48 inci, milik Observatorium Mount Palomar, California. Astronom-astronom dari Institut Teknologi California, Observatorium Yale, dan Observatorium Gemini, terlibat dalam penemuan tersebut.

Bila diamati, benda langit yang namanya diambil dari nama Dewi Samudra suku Inuit ini terlihat berwarna sangat merah dan berkilau. Kombinasi kilau dan warna itu sangat tidak biasa ditemukan di tata surya, sehingga para ilmuwan bertanya-tanya, terbuat dari apakah objek tersebut.
Tiga kali lebih jauh dari Pluto

Sedna, dalam lingkaran, terlihat berwarna merah
Sedna, yang dahulu disebut 2003 VB12, adalah benda langit terjauh yang ditemukan mengorbit Matahari kita. Jaraknya dari Matahari diperkirakan tiga kali lebih jauh dari jarak Pluto-Matahari. Pluto berada sekitar 5,9 milyar kilometer dari Matahari, sedangkan Sedna –menurut keterangan terbaru yang juga masih akan diteliti lagi– diduga berjarak 17 milyar kilometer dari sang surya.

“Pada jarak sejauh itu, Matahari akan terlihat sangat kecil, sehingga kita bisa menutupinya dengan kepala jarum pentul,” kata Dr Brown. Sebagai perbandingan, lanjut Brown, jarak Bumi-Matahari hanya 149 juta kilometer.

Menurut pandangan astronom itu, objek sekecil Sedna tidak seharusnya digolongkan sebagai sebuah planet, meski hal ini masih ramai diperdebatkan. Sementara mengenai wujudnya, Dr Brown menduga ’planetoid’ itu setengahnya terbentuk dari batuan dan separuhnya es beku, walau sekali lagi, hal ini masih harus diteliti.
Pengamatan lebih detail yang dilakukan Observatorium Tanagra telah mengukur radiasi panas dari Sedna guna mengetahui berapa suhunya, dan membantu menentukan ukurannya. Hasilnya, suhu permukaan sang Dewi Samudra adalah sekitar minus 240 derajat Celcius. Padahal secara teori, objek itu seharusnya lebih dingin karena ia mendekati Matahari hanya sejenak, saat mengorbit selama 10.500 tahun.

Objek-objek kecil
Walau Sedna bisa jadi merupakan objek Sabuk Kuiper, atau bisa juga sebuah planet, namun para penemunya sampai saat ini masih belum yakin mengenai hal itu. Beberapa astronom bahkan menduga objek tersebut sebagai awan Oort yang baru kali ini terdeteksi. Awan Oort secara teoritis adalah objek es yang karena suatu sebab bisa menjadi komet.

Beberapa tahun terakhir ini, terutama setelah munculnya teleskop-teleskop canggih, beberapa benda langit telah berhasil ditemukan di tepian tata surya. Quaoar, misalnya, ditemukan tahun 2002, adalah objek dengan diameter sekitar 1.200 kilometer. Ixion, ditemukan tahun 2001, lebarnya 1.065 kilometer. Sedangkan Varuna, ditemukan tahun 2000, berdiamater sekitar 900 kilometer.
Baru-baru ini saja, tepatnya bulan Februari lalu, para astronom mendeteksi sebuah objek bernama 2004 DW, yang diperkirakan berukuran penampang 1.800 kilometer. Penemuan-penemuan itu telah menghidupkan kembali debat mengenai definisi planet, karena objek-objek yang ditemukan berada dalam kategori antara planet dan benda langit lain yang lebih kecil.

Sampai saat ini, beberapa ilmuwan bahkan masih beranggapan bahwa Pluto bukanlah sebuah planet, melainkan salah satu objek minor terbesar yang berada di tepi tata surya. Nah, mereka yang menganggap Pluto bukan planet, pastilah akan menolak status Sedna sebagai planet juga. Namun mereka yang menganggap Pluto sebuah planet, barangkali harus menganggap Sedna sebagai planet ke sepuluh karena ia tidak jauh berbeda dengan Pluto, apalagi bila ia benar memiliki bulan. (BBC/CNN/wsn)

Tidak ada komentar: