. A. PENGERTIAN
MEDIA PEMBELAJARAN
Kata media
berasal dari bahasa Latin medius yang
berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Secara umum media diartikan
segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi (pesan) dari sumber informasi
ke penerima informasi. Menurut AECT (1977), media adalah segala sesuatu yang
digunakan orang untuk menyalurkan pesan.
Dalam dunia pendidikan, media awalnya dipakai hanya
sebagai alat bantu guru (teaching aids) dalam bentuk visual, kemudian seiring
dengan perkembangan teknologi alat bantu visual ini dilengkapi dengan alat
audio sehingga dikenal dengan istilah audio visual aid (AVA) atau alat bantu
pandang dan dengar. Selanjutnya disebut dengan instructional materials, dan
kini istilah yang sering digunakan dalam dunia pendidikan nasional adalah media
pendidikan atau media pembelajaran.
Gagne & Briggs (1975) menjelaskan bahwa media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi
materi pelajaran, seperti buku, tipe recorder, kaset, kamera video, video
recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televise, dan computer. Dengan
kata lain, media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik
yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar.
Jadi
dapat ditarik kesimpulan, bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyampaikan dan menyalurkan pesan pembelajaran secara
terencana sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan
efesien.
Ciri-ciri
umum media pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Media
pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai
hardware(perangkat keras).
2. Media
pembelajaran memilikipengertian nonfisik yang dikenal sebagai
software(perangkat lunak).
3. Media
pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik dalam
maupun luar kelas.
4. Media
pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksiguru dan siswa
dalam proses pembelajaran.
B.
KEDUDUKAN MEDIA PEMBELAJARAN
Pembelajaran dikatakan sebagai system karena di
dalamnya mengandung komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan. Komponen-komponen tersebut meliputi: tujuan, materi,
metode, media, dan evaluasi. Masing-masing komponen saling berkaitan dan merupakan
satu kesatuan.
Usaha untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran
dibantu oleh penggunaan alat bantu pembelajaran/ media yang tepat dan sesuai
karakteristik penggunaannya. Setelah itu guru menentukan alat dan melaksanakan
evalusi. Hasil dan evalusi dapat menjadi bahan masukan atau umpan balik
kegiatan yang telah dilakukan.
C. LANDASAN
TEORITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan,
perubahan-perubahan sikap dan perilaku
dapat terjadi kerena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang
pernah dialami sebelumnya. Menurut Brunner (1966) dan tiga tingkat utama modus
belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial/ gambar
(iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Ketiga tingkat pengalaman ini saling
berinteraksi dalam upaya memperoleh “pengalaman” (pengetahuan,keterampilan, dan
sikap) yang baru.
Agar proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik,
siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya
untuk menampilkan rangsangan yang dapat diproses dengan berbagai indera.
Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi
semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat diperhatikan
dalam ingatan. Dengan demikian, siswa diharapkan akan dapat menerima dan
menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan. Ada
peribahasa asing yang berbunyi: I hear, I
forget; I see, I remember; I do, I understand/ I know .
Salah satu gambar yang banyak dijadikan landasan teori
media pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah Dale’s cone experience (Kerucut Pengalaman Dale).
Menurut Edgar Dale hasil belajar orang diperoleh
mulai dari hal yang konkrit (enactive experience), seperti melalui pengalaman
langsung, benda tiruan, dramatisasi, demonstrasi, karyawisata, atau pameran,
kemudian dilanjutkan kepengalaman iconic (iconic experience), seperti melihat
televise, film, rekaman video, mendengarkan radio, samapi kepada pengalaman
abstrak yang berupa symbol (symbolic experience), seperti symbol visual
(misalnya peta, grafik, bagan dan sebagainy) dan symbol verbal/kata. Semakin ke
atas di puncak kerucut, semakin abstrak media penyampaian pesan itu.
Dapat ditarikkesimpulan bahwa antara pengalaman
konkrit dan pengalaman abstrak itu dialami secara silih berganti, hasil belajar
dari pengalaman langsung mengubah dan memperluas jangkauan abstraksi seseorang,
dan sebaliknya, kemampuan interprestasi lambing kata membantu seseorang untuk
memahami pengalaman yang di dalamnya ia terlibat langsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar