BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang cukup
pelik bagi bangsa Indonesia selain daripada kasus korupsi yang semakin hari
semakin marak di Indonesia. Salahsatu diantara penyebabnya adalah diakibatkan
oleh proses urbanisasi penduduk desa ke kota, terutama ke kota-kota besar di
Indonesia. Permasalahannya muncul adalah ketika proses urbanisasi tersebut
hanya bermodalkan pada “kenekatan” semata sehingga pada akhirnya yang terjadi
adalah terbentuknya masyarakat miskin pinggiran kota yang datang ke kota tanpa
memiliki pendidikan formal yang tiggi dan keterampilan di tengah- tengah
persaingan masyarakat perkotaan yang begitu ketat.
Kemiskinan tersebut tentu memiliki dampak terutama
terhadap keadaan psikologis mereka akan kesenjangan sosial yang terutama
terjadi di kota-kota besar, sehingga tidak jarang banyak sekali kaum urban
tersebut memutuskan diri untuk menjadi seorang gelandangan atau hingga
tindakan-tindakan kriminal yang mungkin berawal dari kemsikinan tersebut.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Urbanisasi
?
2.
Apa faktor yang menyebabkan masyarakat
desa berbondong berurbanisasi ke kota?
3.
Mengapa urbanisasi menjadi salah satu
faktor penyebab kemiskinan di perkotaan?
4.
Bagaimana solusi pemecahan dari
permasalahan urbanisasi tersebut?
C. Tujuan
Penulisan Makalah
1.
Mengetahui definisi dari Urbanisasi.
2.
Mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan proses urbanisasi.
3.
Menganalisis faktor-faktor masalah
urbanisasi.
4.
Mengetahui akibat negative dari
permasalahan urbanisasi tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Desa dan Kota
Desa merupakan permukiman penduduk yang terletak di luar
kota dan mata pencharian sebagian besar penduduknya di bidng agraris. Menurut
Paul H.Landis menyatakan bahwa desa merupakan suatu wilayah yang penduduknya
kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri: Mempunyai interaksi antar manusia
sangat kuat,memiliki pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan dan
kebiasaan,cara berusaha bersifat agraris yang sangat dipengaruhi oleh keadaan
iklim,dan pekerjaan-pekerjaan yang bukan agraris hanyalah pekerjaan sambilan
Menurut
Binarto, desa memiliki tiga unsur utama yaitu:daerah, penduduk, dan tata
kehidupan.
Potensi
desa sebagai berikut:
Potensi fisik meliputi:lahan, air, iklim, ternak, dan
penduduk.Potensi non fisik adalah sifat gotong royong, lembaga sosial, dan
kesiapan aparatur atau pamong desa.Struktur desa mempunyai penggunaan tanah
untuk perkampungan meliputi : bentuk perkampungan linier, bentuk perkampungan
memusat, dan bentuk perkampungan terpencar
Menurut
peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1980
menyebutkan kota dibagi kedalam 2 pengertian: Kota sebagai suatu wadah yang
memiliki atasan administrative sebagaimana diatur dalam perundang-undangan.Dan
Kota sebagai suatu lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri-ciri non
agraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan, dan berfungsi sebagai
pusat pertumbuhan dan permukiman. Menurut Bintarto (1983:36), kota
adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan
penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen dan kehidupan
materealistis. Kota juga dapat diartikan sebagai sebuah bentang budaya yang
ditimbulkan oleh unsurunsuralami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan
penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan
materealistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.
B. Interaksi
Desa-Kota
Interaksi wilayah (Spatial Interaction) adalah
hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih,
yang dapat melahirkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru, secara
langsung maupun tidak langsung, sebagai contoh antara kota dan desa.
Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi antar wilayah memiliki tiga
prinsip pokok sebagai berikut :
- Hubungan timbal – balik terjadi antara dua wilayah atau lebih
- Hubungan timbal balik mengakibatkan proses pengerakan yaitu :
- Pergerakan manusia (Mobilitas Penduduk)
- Pergerakan informasi atau gagasan, misalnya : informasi IPTEK, kondisi suatu wilayah
- Pergerakan materi / benda, misalnya distribusi bahan pangan, pakaian, bahan bangunan dan sebagainya
- Hubungan timbal balik menimbulkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru yang bersifat positif dan negatif, sebagai contoh :
- kota menjadi sasaran urbanisasi
- terjadinya perkawinan antar suku dengan budaya yang berbeda
Jadi dapat disimpulkan bahwa interksi desa kota merupakan
adanya hubungan timbal balik antara desa dengan kota . Interaksi ini
dimaksudkan untuk pemenuhan kebutuhan kehidupan manusia yang dimana desa dan
kota saling melengkapi sehingga timbullah ketergantungan antar wilayah.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Urbanisasi
Urbanisasi
menurut Michael S. Bassis, dkk adalah “an increase in the
persentage of a population in urban settlements and a resulting extension of
the influence of urban culture and lifestyles”(suatu peningkatan persentase
populasi di pemukiman perkotaan dan mengakibatkan penambahan yang mempengaruhi
kebudayaan kota dan gaya hidup).
Dalam buku Pengantar
Sosiologi Kota yaitu Kota Didunia Ketiga yang dikarang oleh Dr. Nas, P.J.M.. Pada pengertian pertama diutarakan bahwa urbanisasi merupakan suatu
proses pembentukan kota, suatu proses yang digerakkan oleh perubahan struktural
dalam masyarakat sehingga daerah-daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan
dengan struktur mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan
masyarakatnya lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat
kehidupan kota. Pengertian kedua dari urbanisasi adalah, bahwa urbanisasi
menyangkut adanya gejala perluasan pengaruh kota ke pedesaan yang dilihat dari
sudut morfologi, ekonomi, sosial dan psikologi.
Sehingga secara garis
besar pengertian dari Urbanisasi adalah proses peningkatan angka penduduk
perkotaan yang disebabkan oleh faktor alamiah seperti halnya kelahiran maupun
perpindahan dari desa ke kota yang diakibatkan karena banyaknya daya tarik kota
seperti halnya kesempatan kerja dan sebagainya.
Dalam kasus ini kami
memfokuskan diri kepada pembahasan terkait urbanisasi yang diakibatkan oleh
proses perpindahan penduduk dari desa ke kota. Dalam buku Kota Indonesia Masa
Depan Masalah dan Prospek yang dikarang oleh B.N Marbun Secara terperinci
faktor penyebab adanya urbanisasi adalah karena adanya faktor utama yang klasik
yaitu kemiskinan di daerah pedesaan.
B. Proses Terjadinya Urbanisasi
Urbanisasi memiliki pengertian yang
berbeda-beda tergantung sudut pandang yang di ambil. Jika dilihat dari segi
Geografis, urbanisasi ialah sebuah kota yang bersifat integral, dan yang
memiliki pengaruh atau merupakan unsur yang dominan dalam sistem keruangan yang
lebih luas tanpa mengabaikan adanya jalinan yang erat antara aspek politik,
sosial dan aspek ekonomi dengan wilayah sekitarnya ( kutipan). Berdasarkan
pengertian tersebut, urbanisasi memiliki Pandangan inilah yang mejadi titik
tolak dalam menjelaskan proses urbanisasi. Menurut King dan Colledge (1978),
urbanisasi dikenal melalui empat proses utama keruangan (four major spatial
processes), yaitu:
1) Adanya pemusatan kekuasaan pemerintah kota
sebagai pengambil keputusan dan sebagai badan pengawas dalam penyelenggaraan
hubungan kota dengan daerah sekitarnya.
2) Adanya arus modal
dan investasi untuk mengatur kemakmuran kota dan wilayah disekitarnya. Selain
itu, pemilihan lokasi untuk kegiatan ekonomi mempunyai pengaruh terhadap arus
bolak-balik kota-desa.
3) Difusi inovasi dan
perubahan yang berpengaruh terhadap aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik
di kota akan dapat meluas di kota-kota yang lebih kecil bahkan ke daerah
pedesaan. Difusi ini dapat mengubah suasana desa menjadi suasana kota.
4) Migrasi dan pemukiman baru dapat terjadi
apabila pengaruh kota secara terus-menerus masuk ke daerah pedesaan. Perubahan
pola ekonomi dan perubahan pandangan penduduk desa mendorong mereka memperbaiki
keadaan ekonomi.
C. Faktor Penarik dan Pendorong Urbanisasi
Penduduk
Faktor Penarik
Orang desa tertarik ke kota adalah suatu yang lumrah
yang sebab-sebabnya bagi individu atau kelompok mungkin berbeda satu sama lain
dilihat dari kepentingan individu tadi. Beberapa alasan yang menarik mereka
pindah ke kota diantaranya adalah:
- Melanjutkan sekolah, karena di desa tidak ada fasilitasnya atau mutu kurang
- Pengaruh cerita orang, bahwa hidup di kota gampang cari pekerjaan, atau mudahnya membuka usaha kecil-kecilan (Rayuan teman)
- Tingkat upah di kota yang lebih tinggi
- Keamanan di kota lebih terjamin
- Hiburan lebih banyak
- Kebebasan pribadi lebih luas
- Adat atau agama lebih longgar
Faktor Pendorong
Di sisi lain kota mempunyai daya tarik, di pihak lain
keadaan tingkat hidup di desa umumnya mempercepat proses urbanisasi tersebut,
hal ini menjadi faktor pendorong tumbulnya urbanisasi. Faktor pendorong yang
dimaksud diantaranya adalah:
- keadaan desa yang umumnya mempunyai kehidupan yang statis
- keadaan kemiskinan desa yang seakan-akan abadi
- lapangan kerja yang hampir tidak ada
- pendapatan yang rendah
- keamanan yang kurang
- adat istiadat yang ketat
- kurang fasilitas pendidikan
Dari uraian di atas,
jelaslah bahwa faktor utama penyebab timbulnya urbanisasi yang paling kuat
adalah faktor ekonomi (menjadi motif utama para migran), selain itu disusul
dengan faktor tingkat pendidikan.
D. Korelasi antara Urbanisasi dan Kemiskinan
Tidak bisa dipungkiri,
dampak dari globalisasi memang menuntut masyarakat dunia untuk bisa seragam,
bisa hidup tanpa adanya batas-batas jarak ataupun wilayah dimanapun manusia itu
tinggal, sehingga memang sebetulnya disatu sisi, Urbanisasi memang menimbulkan
dampak yang positif terutama untuk kehidupan di perdesaan. diantaranya,
1. Memoderenisasikan warga desa
2. Menambah pengetahuan warga desa
3. Menjalin kerja sama yang baik antarwarga suatu daerah
4. Mengimbangi masyarakat kota dengan masyarakat desa
Akan tetapi yang
menjadi permasalahan adalah kecenderungan yang terjadi terutama bagi masyarakat
desa yang berangkat ke kota dengan tujuan ekonomi hanya bermodalkan kepada
kenekatan semata tanpa adanya keterampilan serta tingkat pendidikan yang
mumpuni untuk mengikuti persaingan di kota yang begitu ketat.
Mereka berangkat secara
berbondong-bondong ke kota dengan sejumlah mimpi serta bujuk rayu teman yang
telah berhasil sebelumnya. Dalam alam bawah sadar mereka, mereka berharap
kepada “impian” yang mereka tanam di perkotaan. Pada kenyataannya, mereka harus
bersaing dengan ketat di daerah perkotaan. Sehingga tanpa keahilan serta
pendidikan yang tinggi membuat sebahagian dari mereka yang memiliki modal-modal
pas-pasan beralih ke sector informal seperti halnya menjadi pedagang asongan,
berjualan baso dan sebagainya. Akan tetapi sebagian lagi jatuh ke dalam
perangkap kemiskinan, menjadi masyarakat kota pinggiran tanpa memiliki
pekerjaan dan hidup sebagai pengangguran sehingga untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya tersebut mereka beralih ke persimpangan-persimpangan perkotaan, ada yang
menjadi gelandangan, ada yang menjadi pengamen hingga Bahkan di satu sisi hal
tersebutpun mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya melalui jalan-jalan
yang keliru, seperti halnya melalui tindakan kriminalitas.
Inilah yang pada
akhirnya menciptakan golongan masyarakat miskin yang tinggal disanapun enggan
kembali ke desa karena sudah merasa nyaman dengan keadaan tersebut dan juga
kemiskinan perkotaan tersebut juga semakin hari semakin meningkat akibat
semakin banyak pula mereka yang datang ke kota dan berkahir di persimpangan
jalan-jalan di kota pula.
Selain daripada
membentuk masyarakat miskin tersebut juga, urbanisasi nampaknya mengakibatkan
pula kompetisi dalam penggunaan lahan. Banyak sekali terutama di kota-kota
besar seperti halnya di Jakarta dalam penggunaan lahan. Banyak
pemukiman-pemukinan kumuh milik masyarakat miskin di daerah-daerah yang
seharusnya tidak dijadikan tempat tinggal seperti halnya kolong jembatan,
pinggir rel kerta api. Selain memang bukan peruntukkannya, hal tersebut juga
merusak lingkungan visual suatu kota, menghambat pembangunan atau acapkali
menjadi sarang/wabah penyakit akibat sanitasi yang tidak baik.
E. Pembangunan Pedesaan
Semakin meningkatnya
arus urbanisasi dari desa ke kota sebenarnya mengindasikan pada lemahnya
pembangunan ekonomi di daerah-daerah terpencil ataupun pedesaan, sehingga arus
ekonomi hanya terjadi di daerah perkotaan.Dalam hal ini tentu saja masyarakat
dan Pemerintah, baik pemerintah kota, daerah hingga pusat perlu memiliki
perhatian khusus serta berkomitmen melakukan pembangunan hampir di semua sektor
pedesaan, seperti industri dan jasa. Ada banyak potensi dari setiap daerah
pelosok di Indonesia sebenarnya, baik berupa industri maupun jasa yang
sebetulnya hanya memerlukan pada pengembangan serta perhatian khusus dari
pemerintah, baik itu berupa modal yang memudahkan masyarakat kecil maupun
pemberian keterampilan sehingga hasil dari produksi jasa maupun industry mereka
bisa dijual dengan harga yang tinggi atau mungkin distribusi produk mereka yang
bisa mendunia atas berbagai hubungan Negara kita dengan Negara lain.
Selain itu, pemerintah
juga perlu menata reforma agraria, memberdayakan masyakarakat pedesaan dan
membangun infrastruktur pedesaan yang akan mampu mempermudah proses ekonomi
yang terjadi di desa. Bisa kita bayangkan bagaimana desa-desa terutama
khususnya desa-desa tertinggal bisa melakukan pembangunan dalam sector ekonomi
tanpa adanya pembangunan infrastruktur seperti jalan raya yang representatif
untuk terjadinya proses ekonomi.
Selain itupun perlu
diperhatikan pula mengembangkan kota-kota kecil di daerah sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi baru. Pengembangan kawasan perkotaan regional ini harus
dilakukan secara serius dan menjamin penyerapan urbanisasi lokal. Sehingga
mereka tidak perlu berangkat ke Jakarta ataupun Bandung cukup ke daerah
perkotaan di daerah mereka saja.
Dengan demikian
pengembangan pedesaan bisa kita lakukan sebagai suatu solusi pembangunan
masyarakt pedesaan yang benar-benar akan mampu mengurangi jumlah masyarakat
desa yang melakukan urbanisasi ke kota.
F.
Sinergitas antara Pemerintah tingkat
kota, Daerah dan Pusat.
Upaya penyelesaian
masalah urbanisasi ini akan sulit tercapai tanpa adanya sinergitas antara
berbegai tingkat pemerintahan, baik iyu tingkat perkotaan, daerah maupun pusat.
Ketiga elemen ini
tentu harus bersama-sama bekerja dan menerapkan berbagai kebijakannya, baik
dalam tataran psikologis masyarakat, kehidupan ekonomi juga factor media yang
sedikit banyak mampu mengubah paradigma serta pola pikir masyarakat desa, bahwa
untuk sejahtera mereka tidak perlu berangkat ke kota.Dalam tataran pemerintah
pusat, pemerintah perlu memutuskan suatu kebijakan terhadap pemekaran di
daerah-daerah terutama dalam alokasi dana Negara yang seharusnya berpijak serta
berpihak kepada masyarakat.
Di satu sisi
Pemerintah daerah perlu juga memberikan perhatiannya serta secara sinergis
bekerja sama dengan pemerintah kota terutama dalam pengalokasiaan, karena
tentunya pemernitah daerah pasti lebih dahulu mengetahui bagaimana kondisi di
daerahnya. Pemerintah kota, perlu juga memunculkan keunggulan kotanya tersebut
dalam produk ekonomi baik itu produksi jasa maupun industry serta jika
memungkinkan menjadi hal tersebut menjadi suatu destinasi wisata yang akan
banyak menarik wisatawan untuk berkunjung sehingga akan banyak membatu roda
perekonomian di kota tersebut.