WANITA
JUGA BERHAK MENJADI PEMIMPIN
Dalam
pandangan tradisional, perempuan diidentikkan dengan sosok yang lemah,
halus dan emosional. Sementara laki-laki digambarkan sebagai sosok yang gagah,
berani dan rasional. Pandangan ini telah memposisikan perempuan sebagai makhluk
yang seolah-olah harus dilindungi dan senantiasa bergantung pada kaum
laki-laki. Sejalan dengan gerakan emansipasi dan gerakan
kesetaraan gender yang intinya berusaha menuntut adanya persamaan hak
perempuan dalam berbagai bidang kehidupan, maka setahap demi setahap telah
terjadi pergeseran dalam mempersepsi tentang sosok perempuan. Mereka tidak
dipandang lagi sebagai sosok lemah yang selalu berada pada garis belakang,
namun mereka bisa tampil di garis depan sebagai pemimpin yang sukses dalam
berbagai sektor kehidupan, yang selama ini justru dikuasai oleh kaum laki-laki.
Secara esensial dalam manajemen dan
kepemimpinan pun pada dasarnya tidak akan jauh berbeda dengan kaum laki-laki.
Kita mencatat beberapa tokoh perempuan yang berhasil menjadi pemimpin,
Margareth Tatcher di Inggris yang dijuluki sebagai “Si Wanita Besi”, Indira
Gandhi di India, Cory Aquino di Philipina, Megawati di Indonesia dan
tokoh-tokoh perempuan lainnya.
Dalam
hal-hal tertentu terdapat perbedaan penting antara laki-laki dan perempuan
dalam manajemen dan kepemimpinan, sebagaimana disampaikan oleh Shakeshaft
(1989) berdasarkan hasil peninjauan ulang penelitian di Amerika Serikat, bahwa:
- Perempuan cenderung memiliki lebih banyak melakukan kontak dengan atasan dan bawahan, guru dan murid.
- Perempuan menghabiskan banyak waktu dengan para anggota komunitas dan dengan koleganya, walaupun mereka bukanlah perempuan.
- Mereka lebih informal.
- Mereka peduli terhadap perbedaan-perbedaan individual murid.
- Mereka lebih memandang posisinya sebagai seorang pemimpin pendidikan daripada seorang manajer, dan melihat kerja sebagai suatu pelayanan terhadap komunitas
- Terdapat suatu sikap kurang menerima terhadap para pemimpin perempuan dari pada laki-laki. Oleh karenanya, para pemimpin perempuan hidup dalam dunia yang terpendam dan gelisah.
- Mereka bisa mendapatkan kepuasan yang banyak dari instruksi supervisi dan sementara laki dari adminsitrasi.
- Dalam komunikasi, mereka dapat tampil lebih sopan dan tentatif daripada laki-laki, yang cenderung sederhana dalam memberikan statemen. Bahasa tubuh juga berbeda, yang menunjukkan bahwa perempuan lebih rendah daripada laki-laki.
Perempuan cenderung lebih menggunakan model
manajemen partisipatoris, dan menggunakan strategi-strategi kolaboratif dalam
menyelesaikan konflik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar