BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tidak
dapat disangkal bahwa teknologi merupakan suatu “kawasan” yang dapat membantu
memecahkan masalah kehidupan umat manusia dari masa ke masa secara efektif dan
efesien. Dalam kehidupan sehari-hari , peserta didik banyak diharapkan pada
aneka ragam jenis dan produk teknologi , baik yang dijumpai , dimanfaatkan ,
dialami, maupun yang dinikmati. Menghadapi situasi dan kondisi seperti ini ,
peserta didik di jenjang pendidikan dasar perlu diarahkan dan dibekali
pendidikan teknologi guna menuju masyarakat yang “melek teknologi”, yaitu
bercirikan mampu mengenal, mengerti , memilih, menggunakan, memelihara,
memperbaiki,menilai, menghasilkan produk teknologi sederhana, dan peduli
terhadap masalah yang berkaitan dengan teknologi.
Bahan
kajian yang diperuntukkan bagi jenjang pendidikan dasar dapat mencakup ranah
teknologi dan masyarakat, produk teknologi dan masyarakat, produk teknologi,
serta perancangan dan pembuatan karya teknologi ssederhana. Agar perolehannya
bermakana, pembelajaran kurikulum pendidikan teknologi hendaknya berintikan
pemecahan masalah dengan pendekatan empat pilar belajar, yaitu learning
to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
berawalnya teknologi ?
2. Apa
pengertian teknologi pendidikan ?
3. Apa
dasar pemikiran perlunya teknologi dalam pendidikan ?
4. Apa
saja macam-macam teknologi pendidikan ?
5. Apa
dasar pertimbangan perumusan ?
6. Apa
manfaat dan kekurangan dari teknologi pendidikan ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan
awal mula teknologi.
2. Mendefinisikan
pengertian dari teknologi pendidikan.
3. Mendefinisikan
dasar pemikiran perlunya teknologi dalam pendidikan.
4. Menjelaskan
macam-macam teknologi pendidikan.
5. Memaparkan
dasar pertimbangan perumusan pendidikan teknologi.
6. Menjelaskan
manfaat dan kekurangan dari teknologi pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengenalan
Awal Teknologi
Dalam
mengembangkan kurikulum, salah satu prinsip yang perlu diperhatikan adalah
“sesuai dengan kebutuhan”. Namun, kesepakatan ini baru menjadi masalah apabila
diikuti pertanyaan lanjutan, misalnya kebutuhan siapa? Untuk masyarakat yang
mana? Masyarakat yang mau diarahkan kemana? Masyarakat agraris, masyarakat
industri, masyarakat saat ini, masyarakat tahun 2025, atau masyarakat yang
“melek” teknologi.
Kurikulum
sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan selalu mendapat sorotan
masyarakat termasuk pejabat, ilmuwan, kalangan industry, orang tua, dan
lain-lain yang merasa berkepentingan dengan hasil-hasil pendidikan. Bahkan, Winarno
Surakhmad (2002:2) mensinyalir bahwa kurikulum yang diciptakan untuk “memecahkan masalah tertentu ternyata lahir
justru sebagai masalah”. Oleh karena itu, pengembang kurikulum harus dapat
menganalisis, mengadakan koreksi terhadap kekurangannya, dan mencari
alternative pemecahan masalah yang kreatif, inovatif, dan missioner.
Soedijarto (1993:125) mengemukakan bahwa dalam menghadapi abad ke-21, ada tiga indicator
utama dari hasil pendidikan yang bermutu dan tercermin dari kemampuan pribadi
lulusannya,yaitu (1) kemampuan untuk bertahan dalam kehidupan, (2) kemampuan
untuk meningkatkan kualitas kehidupan, baik dalam segi sosial budaya, dalam
segi politik, dalam segi ekonomi, maupun dalam segi fisik biologis, dan (3)
kemampuan untuk belajar terus pada pendidikan lanjutan. Sementara itu, Wadirman
(1996:3) menyatakan bahwa pendidikan hendakanya
dapat meningkatkan kreativitas, etos kerja, dan wawasan keunggulan
peserta didik.
Dari dua pendapat tersebut tampakanya terdapat kesamaan misi
dan visi yang didasarkan pada kenyataan
bahwa dunia nyata yang akan dihadapi Oleh peserta didik penuh dengan
persaingan. Oleh karena itu, peserta didik perlu dibekali kemampuan guna
mengantisipasinya dan dapat mencari alternatif penyelesaian masalah kehidupan
yang dihadapinya.
Salah satu masalah kehidupan yang akan dihadapi para lulusan
peserta didik adalah adanya perubahan
masa yang akan datang yang belum pasti bentuk dan arahnya. Namun, yang
pasti adalah adanya tantangan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia
yang salah satunya berwujud teknologi.
Kata
teknologi seringkali oleh masyarakat diartikan sebagai alat elektronik. Tapi
oleh ilmuan dan ahli filsafat ilmu pengetahuan diartikan sbagai pekerjaan ilmu
pengetahuan untuk memecahkan masalah praktis. Jadi teknologi lebih mengacu pada
usaha untuk memecahkan masalah manusia.
Nana Syaodih S.
(1997:67) menyatakan bahwa sebenarnya
sejak dahulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan
teknologi. Kalau manusia pada zaman dahulu memecahkan kemiri dengan batu atau
memetik buah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi,
yaitu teknologi sederhana.
Ada
beberapa menurut para ahli tentang pengertian teknologi yaitu sebagai berikut:
· MenurutYp Simon (1983) teknologi
adalah”suatu disiplin raasional yang dirancang untuk meyakinkan
penguasaan dan aplikasi ilmiah”.
· Menurut (An)
: “Teknologi tidak perlu menyiratkan penggunaan mesin akan tetapi lebih banyak
penggunaan unsure berpikir dan menggunakan pengetahuan ilmiah”.
· Menurut Paul
Saetiles (1968) : “Teknologi selain mengarah pada pemesinan,teknologi meliputi
proses, system, manajemen dan mekanisme kendali manusia dan bukan manusia”.
Teknlogi ialah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang,
memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak
manusia.
Dari beberapa pengertian diatas tampak bahwa kehidupan
manusia tidak terlepas dari adanya teknologi. Artinya, teknologi merupakan
keseluruhan cara yang secara rasional mengarah pada ciri efisiensi dalam setiap
kegiatan manusia.
Seorang menggunakan teknologi karena manusia berakal. Dengan
akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih mudah,
lebih aman, dan lebih-lebih yang lain.
Perkembangan teknologi terjadi apabila seseorang menggunakan
alat dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Sebagai
contoh dapat dikemukakan pendapat pakar teknologi “dunia” terhadap pengembangan
teknologi.
Menurut
B.J Habiebie (1983:14) ada delapan wahana transformasi yang menjadi
prioritas pengembangan teknologi terutama teknologi industri, yaitu
(1) pesawat terbang (2) maritim dan perkapalan (3) alat transportasi, (4) elektronika
dan komunikasi, (5) energi, (6) rekayasa, (7) alat-alat dan mesin-mesin
pertanian, dan (8) pertahanan dan keamanan.
Dalam
kaitan ini, maka timbul pertanyaan, kurikulum apa yang dapat memberikan
bekal kepada peserta didik di
jenjang pendidikan dasar sehingga mereka
dapat diarahkan kepada masyarakat yang “sadar teknologi” atau masyarkat yang
“melek teknologi”. Pertanyaan yang sama, bagiamana menerjemahkan tujuan
pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4, sehingga pembelajaran mencerminkan kawasan pendidikan teknologi.
B. Pengertian Teknologi Pendidikan
Pengertian teknologi pandidikan diabad ke 20 meliputi lentera pertama
proyektor slide kemudian radio dan gambar hidup. Sedangkan abad 19 ke bawah
samapai 15 teknologi lebih diartikan papan tulis dan buku.
Menurut Prof. Sutomo dan Drs. Sugito,
M.Pd: “Teknologi Pendidikan adalah proses yang kompleks yang terpadu untuk
menganalisis dan memecahkan masalah belajar manusia/pendidikan”. Sedangkan
menurut Mackenzie, dkk (1976): “Teknologi pendidikan yaitu suatu usaha untuk
mengembangkan alat untuk mencapai atau menemukan solusi permasalahan”.
Jadi Teknologi Pendidikan adalah
segala usaha untuk memecahkan masalah pendidikan. Lebih detail dapat diuraikan bahwa:
·
Teknologi
pendidikan lebih dari perangkat keras. Ia terdiri dari desain dan lingkungan
yang melibatkan pelajar.
· Teknologi
dapat juga terdiri segala teknik atau metode yang dapat dipercaya untuk
melibatkan pelajaran, strategi belajar kognitif dan keterampilan berfikir
kritis.
· Belajar
teknologi dapat dilingkungan maupun yang melibatkan siswa belajar secara aktif,
konstruktif dan kooperatif serta tujuan.
C. Dasar Pemikiran Perlunya Teknologi
dalam Pendidikan
Mengingat begitu pentingnya peranan kurikulum di dalam
sistem pendidikan dan dalam perkembangan proses kehidupan manusia, maka
pengembangan kurikulum harus dikerjakan dengan teliti. Pengembangan kurikulum membutuhkan landasan
yang kuat dan didasarkan atas berbagai hal, misalnya landasan filosofis,
analisis, psikologis, empiris, politis dan lain sebagainya.
Dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 menegaskan
paling tidak terdapat dua tujuan Pendidikan Nasional, yaitu memiliki pengatahuan
dan keterampilan. Menurut Soedijarto (1993: 70) pendidikan nasional selain
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa masih dituntut pula untuk : (1)
meningkatkan kualitas manusia, (2) meningkatkan kemampuan manusia termasuk
kemampuan mengembangkan dirinya, (3) meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia, dan (4) ikut mewujudkan tujuan nasional. Dengan menyadari hal
tersebut, pengembangan kurikulum perlu selalu berorientasi pada perkembangan
zaman dan masyarakat.
Selanjutnya dalam pasal 37 UU No.2 Tahun 1989, menyiratkan
kaidah-kaidah bahwa kurikulum harus dapat memberikan suatu pengetahuan dan
keterampilan kepada peserta didik untuk dapat: (1) mengadakan hubungan timbal
balik dengan lingkungan serta kemampuan mengembalikan diri, (2) kemampuan akademik
dan/atau profesional untuk menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi, maupun untuk kesenian (Soedijarto, 1993: 47).
Sementara itu, Ki Hajar Dewantara (1946: 15) menyatakan
bahwa kebudayaan merupakan faktor penting sebagai akar pendidikan suatu bangsa.
Hal ini mengindikasikan bahwa dalam
mengembangkan kurikulum, kedudukan kebudayaan merupakan variabel yang
penting.
Ahli lain seperti Print (1993 : 15) menyatakan pentingnya
kebudayaan sebagai landasan bagi pengembangan kurikulum dan kurikulum adalah
konstruksi dari suatu kebudayaan. Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa
kebudayaan merupakan keseluruhan totalitas cara seseorang hidup dan
mengembangkan kehidupannya, sehingga ia tidak hanya menjadi landasan di mana
kurikulum dikembangkan, melainkan juga menjadi sasaran hasil pengembangan
kurikulum itu.
Winarno Surakhmad (2000: 4) menyatakan bahwa kurikulum masa
depan adalah kurikulum yang mengutamakan kemandirian dan menghargai kodrat,
hak, serta prestasi manusia. Ini berarti dalam pengembangan kurikulum sesuatu
yang konkret dan bersifat empiris dari suatu komunitas sosial tidak dapat
dipisahkan, di samping tuntutan kemampuan masyarakat itu sendiri.
Dengan bercermin pada kondisi masyarakat Indonesia saat ini yang sedang ditempa oleh fenomena sosial
yang amat besar, yaitu gelombang reformasi dan isu-isu yang berkaitan dengan
hak asasi manusia dan lingkungan hidup maka perlu kajian-kajian yang mendalam
guna reposisi maupun reorientasi kurikulum.
Tuntutan masyarakat pada hakikatnya adalah amat kompleks dan
beragam, sebab hal ini erat kaitannya dengan kondisi psikologis tiap-tiap
individu. Perbedaan individu berhubungan dengan perkembangannya, latar belakang
sosial budaya, dan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya, merupakan hal-hal
yaang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum.
Gencarnya perkembangan iptek menuntut adanya manusia-manusia
yang kreatif agar mereka dapat memasuki dunia yang amat kompetitif. Berkaitan
dengan hal tersebut, M.S.U. Munandar ( 1987: 56-59) mengemukakan bahwa
kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data,
informasi, atau unsur yang ada.
Dari beberapa pemikiran yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum Pendidikan Teknologi untuk siswa di jenjang
pendidikan dasar tampaknya merupakan salah satu alternatif yang dapat mengatasi
masalah berkaitan dengan pembudayaan teknologi. Pendidikan teknologi pada
hakikatnya merupakan materi pembelajaran yang mengacu pada bidang-bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi di mana peserta didik diberi kesempatan untuk
membahas masalah teknologi dan kemasyarakatan, memahami dan menangani peralatan
hasil teknologi, memahami teknologi dan dampak lingkungan, serta membuat
peralatan-peratalatan teknologi sederhana melalui kegiatan-kegiatan
merancang dan membuat (BTE, 1998:7).
D. Macam-macam Teknologi Pendidikan
Dalam
inovasi pendidikan tidak bisa lepas dengan masalah revolusi metode, kurikulum
yanh inovatif, teknologi serta SDM yang kritis untuk bisa menghasilkan daya cipta
dan hasil sekolah sebagai bentuk perubahan pendidikan. Sekolah harus mempunyai
orientasi bisnis pelanggan yang memiliki daya saing global. Untuk itu ada 5
(lima) teknologi yang dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik yaitu
:
1. Sistem berpikir
Setiap
berpikir menjadikan kita untuk lebih hati-hati dengan munculnya tiap metode di
dunia pendidikan. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya perubahan yang tidak
kita inginkan. Tanpa sistem berpikir kita akan sulit untuk mengadakan
peningkatan riil di bidang pendidikan. Jadi sistem berpikir menghadirkan konsep
sistem yang umum.
2. Desain sistem
Desain
sistem adalah teknologi merancang dan membangin system yang baru. Perubahan
yang dimaksud adalah perubahan yang cepat yang memungkinkan harapan. Desain
sistem memberi kita peralatan untuk menciptakan suatu system yanag baru dan
suatu strategi utnuk peubahan.
3. Kualitas Pengetahuan
Mutu atau
kualitas pengetahuan merupakan teknologi yang memproduksi suatu prosuk atau
jasa/layanan yang sesuai harapan dan pelanggan. Ilmu pengetahuan yang
berkualitas telah menjadi alat yang sangat berharga dalam inovasi
pendidikan/sekolah.
4. Manajemen Perubahan
Manajemen
perubahan adalah suatu cara untuk memandu energy kreatif kea rah positif. Dapat
juga diartikan system pemikiran yang berlaku untuk aspek manajemen inovasi
tentunya dengan berorientasi pada POAC (Perencanaan, Organisasi, Aktualisasi
dan Control)
5. Teknologi Pembelajaran
Disini ada
dua bagian yaitu peralatan pelajar elektronik (computer, multimedia, internet
dan telekomunikasi) dan pembelajaran yang di desain, metode dan strateginya
diperlukan untuk membuat peralatan elektronik yang efektif. Pelajaran
elektronik ini mengubah cara mengkomunikasikan belajar. Jadi teknologi
pembelajaran adalah system pemikiran yang berlaku untuk insruksi dan belajar.
Kelima
teknologi tersebut suatu keterpaduan untuk menuju inovasi pendidikan sehingga
dalam pemecahan masalah pendidikan perlu kombinasi peralatan/alat elektronik,
orang-orang, proses, manajemen, intelektual untuk perunbahan yang efektif.
Menurut
Davies (1972) ada tiga macam-macam teknologi pendidikan yaitu:
a.
Teknologi pendidikan satu yaitu
mengarah pada perangkat keras seperti proyektor, laboratium, computer (CD ROM,
LCD, TV, Video dan alat elektronik lainnya).
Teknologi kini dapat mengotomatiskan proses belajar mengajar dengan alat
yang memancarkan, memperkuat suara, mendistribusikan, merekam dan mereproduksi stimuli
materialyang menjangkau pendengar/ siswa dalam jumlah yang besar. Jadi
teknologi satu ini efektif dan efisien.
b. Teknologi pendidkan dua mengacu pada
“perangkat lunak” yaitu menekankan pentingnya bantuan kepada pengajaran.
Terutama sekali dalam kurikulum, dalam mengembangkan instruksional, metodelogi
pengajaran dan evaluasi. Jadi teknologi dua yang sekarang bermanfaat
menyediakan keperluan bagaimana merancang yang baru atau memperbarui pada
pengalaman, bermanfaat pada pengalaman belajar. Mesin dan mekanisme dipandang
sebagai instrument presentasi atau transmisi.
c.
Teknologi ketiga yaitu kombinasi
pendekatan dua teknologi yaitu “perangkat keras” dan “perangkat lunak”.
Teknologi pendidikan tiga, orientasi utamanya yaitu kea rah pendekatan system
dan sebagai alat meningkatkan manfaat dari apa yang ada di sekitar. Teknologi
pendidikan tiga dapat dikatakan sebagai pendekatan pemecahan masalah, titik
beratnya dalam orientasi diagnostic yang menarik.
Dari
ketiga macam teknologi di atas dapat dikatakan bahwa teknologi pendidikan dalam
konteks sebenarnya adalah tidak hanya mengacu pada perangkat keras saja seperti
yang umum dijadikan persepsi yang benar, namun juga meliputi perangkat lunak
dan perpaduan keduanya (perangkat keras dan lunak).
E. Dasar Pertimbangan Perumusan
Adanya
rasa tanggung jawab untuk menciptakan kehidupan bangsa yang cerdas, maka
kurikulum Pendidikan Teknologi untuk siswa jenjang pendidikan dasar (SD dan
SMP) merupakan salah satu kurikulum yang “bertugas” menghidupkan budaya
teknologi dalam abad “teknologi” ini.
Di berbagai
negara dirasakan bahwa pendidikan teknologi perlu dipernalkan pada peserta
didik sejak usia dini. Hal ini amat dibutuhkan, sebab dalam kehidupan di
sekitar umat manusia banyak sesuatu hal yang merupakan hasil teknologi.
Sathweld dan Gugger berpendapat bahwa (1) teknologi merupakan aplikasi
pengetahuan, (2) teknologi merupakan “application Based” karena merupakan
kombinasi dari pengetahuan, pemikiran, dan tindakan, (3) teknologi mengembangkan kemampuan manusia karna dengan
teknologi memungkinkan manusia mengadaptasi dan menata dunia fisik yang telah
ada, dan (4) teknologi berada dalam ranah sosial dan ranah fisik karenanya
dikenal adanya teknologi keras dan teknologi lunak.
Pertanyaannya
adalah, teknologi yang mana, teknologi yang bagaimana, dan teknologi untuk
siapa yang cocok dan tepat bagi anak seusia SD dan SMP. Dalam kaitan ini,
Soedijarto (2000: 81) memberi panduan bahwa materi apa pun yang dipelajari
siswa ukuran keberhasilannya adalah: (1) melahirkan manusia yang memiliki
kemampuan meningkatkan mutu kehidupan ( meningkatkan penghasilan dan daya beli,
meningkatkan kesehatan, dan berbagai diemensi kehidupan yang menunjukkan
kebermutuan kehidupan, dan (2) martabat manusia ( memperoleh kehidupan dan
pekerjaan yang layak).
Untuk
mencari pendidikan teknologi yang cocok dapat menggunakan pendekatan keempat
model konsep pengembangan kurikulum, yaitu :
a. Kurikulum subjek akademis, sebab
pada dasarnya teknologi ada sejak manusia itu ada, dan pengetahuan tentang
teknologi begitu banyak;
b. Kurikulum humanistik, sebab
pendidikan teknologi mengajarkan bagaimana setiap individu dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya;
c. Kurikulum teknologi, sebab
pendidikan teknologi selain peserta didik memiliki kompetensi-kompotensi
tertentu, juga dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan pendakatan desain
pembelajaran tertentu;
d. Kurikulum rekonstruksi sosial, sebab
konsep pendidikan teknologi dapat dengan mudah terbentuk pada diri peserta
didik melalui aktivitas atau eksperimen (Confrey, 1990: 20). Hal ini dapat
dipandang bahwa peran interaksi sosial merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan dalam pengembangan kurikulum teknologi.
Sodijarto menyatakan bahwa pembelajaran ideal ini dengan sendirinya akan selalu
berorientasi pada kepentingan dan kebutuhan peserta didik dan akan dapat
menghasilkan manusia terdidik yang mampu membangun masyarakatnya. Dengan
demikian, peserta didik diharapkan akan merasakan manfaat dari pendidikan.
Dengan
adanya suatu lembaga pendidikan yang dirasakan manfaatnya oleh peserta didik
maupun, kiprah dunia pendidikan akan dapat memperoleh dukungan dan peran serta
aktif dari peserta didik maupun masyarakat itu sendiri.
Dari
beberapa pertimbangan yang telah dikemukakan diatas maka dalam menentukan
rumusan tujuan pembelajaran dan bahan ajar, pendidikan teknologi atas hal-hal
sebagai berikut:
1. Rumusan Tujuan
Tujuan
pendidikan teknologi hendaknya mengacu pada pencapaian tujuan Pendidikan
Nasional yang terdapat pada Pasal 4 UU No. 2 Tahun 1989, yaitu untuk
mengembangkan manusia yang utuh, meliputi : (1) keimanan dan ketekwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, (2) sehat jasmani dan rohani,
(3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) berkepribadian yang mantap dan
mandiri, dan (5) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan
pendidikan teknologi hendaknya mengacu pula pada pencaian tujuan pendidikan
dasar yang terdapat pada Pasal 3 PP No. 27 Tahun 1990, yaitu untuk memberikan
bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
kehidupannuya sebagai: (1) pribadi, (2) anggota masyarakat, (3) warga Negara,
(4) anggota umat manusia dan (5) mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan menengah.
Tujuan
pendidikan teknologi hendaknya agar para lulusan di jenjang pendidikan dasar
memiliki kesadaran dan kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan
konsep-konsep teknologi beserta dampaknya, mampu mempergunakan produk teknologi
dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi yang disederhanakan dan
mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai teknologis.
2. Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar
dalam pendidikan teknologi dikembangkan atas dasar (1) pokok-pokok bahasan yang
paling esensial dan representative untuk dijadikan objek balajar bagi
pencapaian tujuan pendidikan dan (2) pokok bahasan, konsep, serta prinsip atau
mode of inquiry, sebagai objek belajar yang memungkinkan peserta didik dapat
mengembangkan dan memiliki kemampuan untuk berkembang, mengadakan hubungan
timbale balik dengan lingkungan dan
memanfaatkannya untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak teraralkan
(Soedijarto, 2000: 19-51).
Atas dasar
landasan pemikiran tersebut, maka ruang lingkup kajian pendidikan teknologi
yang dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut:
a. Pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang diproses untuk
menghasilkan sesuatu produk teknologi yang merupakan bahan ajar tentang
materi/bahan, energy dan informasi.
b. Domain
teknologi, yaitu suatu focus bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk
mengembangkan bahan pengajaran yang terdiri atas:
1) Teknologi dan masyarakat (berintikan
teknologi untu kehidupan sehari-hari, industry, profesi dan lingkungan hidup).
2) Produk teknologi dan system
(berintikan bahan, energy, dan informasi)
3) Perancanagan dan pembuatan karya
teknologi (berintikan gambar dan perancangan, pembuatan dan kaji ulang
perancangan).
c. Area teknologi, yaitu batas kawasan teknologi
dalam program pendidikan teknologi, hal ini anatara lain teknologi produksi,
teknologi komunikasi, teknologi energy dan bioteknologi.
Dengan
ketiga ruang lingkup ini, pada dasarnya dalam pembelajaran pendidikan teknologi
pesertaa didik akan memiliki kemampuan dalam hal : (1) menggunakan dan
memelihara produk teknologi, (2) menyadari tentang proses teknologi dengan
kerjanya, (3) menyadari dampak teknologi tehadap manusia, (4) mampu
menngevaluasi proses dan produk teknologi dan (5) mampu membuat hasil teknologi
alternative yang disederhanakan bahkan yang paling
3. Bahan Ajar yang Pokok-pokok
Dari tujuan dan lingkup pendidikan teknologi di atas,
berikut adalah pokok-pokok bahan ajar yang dianggap “ampuh” untuk perserta
didik di jenjang pendidikan dasar (BTE,1998), keterampilan dasar teknik,
penjernihan air, bioteknologi, pengelolahan macam-macam bahan, teknologi dan
profesi, teknologi produksi, persambungan dan penguatan kontruksi, konversi
energy, prinsip-prinsip teknik, system teknik (mesin dan reka cipta), transpormasi
dan navigasi, teknologi dan lingkungan hidup, instalasi listrik, komunikasi,
computer dan teknologi control, desain teknologi terapan, dan usaha milik
sendiri.
4. Pembelajaran
Agar
perolehan peserta didik menjadi bermakna, pendidikan teknologi harus dirancang
dengan pendekatan oembelajaran yang mengutamakan kemampuan memecahkan masalah,
mampu berpikir alternative dan mampu menilai sendiri hasil karyanya.
Hal ini
selaras dengan Soedijarto (2000:69) yang merekomendasikan bahwa untuk memasuki
abad ke-21 dalam proses pembelajaran diperlukan:
a.
Learning to know, yaitu peserta
didik akan dapat memahami dan menghayati bagaimana suatu pengetahuan dapat
diperoleh dari fenomena yang terdapat dalam lingkungannya. Dengan pendekatan
ini diharapkan akan lahir generasi yang memiliki kepercayaa bahwa manusia
sebagai kalifah Tuhan di bumi diberi kemampuan untuk mengelola dan
mendayagunakan alam bagi kemajuan taraf hidup manusia.
b. Learning to do, yaitu menerapkan
suatu upaya agar peserta didik menghayati proses balajar dengan melakukan
sesuatu yang bermakna.
c. Learning to be, yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan
lahirnya manusia terdidik yang mandiri. d. Learning to live together, yaitu
pendekatan melalui penerapan paradigma ilmu pengetahuan, seperti pendekatan
menemukan dan pendekatan penyelidik akan memungkinkan peserta didik menemukan
kebahagiaan dalam belajar.
F. Manfaat dan Kekurangan Teknologi Pendidikan
Manfaat dari teknologi pendidikan yaitu :
a.
Teknologi
pendidikan sebagai peralatan untuk mendukung kontruksi pengetahuan:
· Untuk mewakili gagasan pelajar
pemahaman dan kepercayaan.
·
Untuk organisir produksi, multi
media sebagai dasar pengetahuan pelajar.
b. Teknologi pendidikan sebagai sarana
informasi untuk menyelidiki pengetahuan yang mendukung pelajar :
· Untuk mengakses informasi yang
diperlukan.
· Untuk perbandingan persektif,
kepercayaan dan pandangan dunia.
c. Teknologi pendidikan sebagai media
social untuk mendukung pelajaran dengan berbicara:
·
Untuk berkolaborasi dengan orang
lain.
d.
Teknologi pendidikan sebagai mitra
intelektual untuk mendukung pelajar.
e. Teknologi pendidikan dapat
meningkatkan efektifitas dan efisien proses belajar mengajar.
f. Teknologi pendidikan dapat
meningkatkan mutu pendidikan/sekolah.
g. Teknologi pendidikan dapat
mempermudah mencapai tujuan pendidikan.
Selain adanya manfaat teknologi pendidikan ada pula
kekurangannya. Kekurangan dari teknologi pendidikan yaitu:
a. Pihak guru yang tidak bisa
menoperasikan/menguasai elektronika akan tertinggal oleh siswa.
b. Teknologi pendidikan memerlukan SDM
yang berkualitas untuk bisa mempercepat
inovasi sekolah, sedangkan realita masih kurang.
c. Teknologi pendidikan yang baik itu
hardware maupun software membutuhkan biaya yang mahal.
d. Keterbatasan sarana prasarana
sekolah akan menghambat inovasi pendidikan.
e. Penggunaag teknologi pendidikan
dalam bentuk hardware memerlukan control
yang tinggi dari guru atau orang tua terutama internet dan software.
f. Siswa yang tidak mempunyai motivasi
yang tinggi cenderung gagal.
BAB
III
A. Kesimpulan
Guna mempersiapkan
sumber daya manusia yang andal dalam memasuki era kesejagadan, yang ditandai
dengan sarat muatan teknologi, salah satu komponen pendidikan yang pelu
dikembangkan adalah kurikulum yang berbasis kependidikan teknologi di jenjang
pendidikan dasar.
Bahan
kajian ini merupakan materi pembelajaran yang mengacu pada bidang-bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi di mana peserta didik diberi kesempatan untuk
membahas masalah teknologi dan kemasyarakatan, memahami dan menangani
produk-produk teknologi, membuat peralatan-peralatan teknologi sederhana
melalui kegiatan merancang dan membuat, serta memahami teknologi dan
lingkungan.
Kemampuan-kemampuan
seperti memecahkan masalah, berpikir secara alternative, dan menilai sendiri
hasil karyanya dapat dibelajarkan melalui pendidikan teknologi. Untuk itu,
pembelajaran pendidikan teknologi perlu didasarkan pada empat pilar proses
pembelajaran, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, learning to live
together.
B. Saran
Dari makalah yang saya buat, diharapkan
para pembaca mendapatkan informasi yang diinginkan. Pentingnya kurikulum membuat kita
memecahkan masalah dalam dunia pendidikan dengan menggunakan teknologi
pendidikan. Dengan adanya teknologi pendidikan diharapakan pihak guru/pengajar
mampu mengoperasikan/menguasai elektronika agar tidak tertinggal oleh peserta
didiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar