Laman

Kamis, 14 Februari 2013

Makalah Bentukan Lahan

MAKALAH BENTUKAN LAHAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Geomorfologi ( geomorphology ) adalah ilmu tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Geomorfologi bisa juga merupakan salah satu bagian dari geografi. Di mana geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu geografi, mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan (landform).
Hubungan geomorfologi dengan kehidupan manusia adalah dengan adanya pegunungan-pegunungan, lembah, bukit, baik yang ada didarat maupun di dasar laut.Dan juga dengan adanya bencana alam seperti gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor dan sebagainya yang berhubungan dengan lahan yang ada di bumi yang juga mendorong manusia untuk melakukan pengamatan dan mempelajari bentuk-bentuk geomorfologi yang ada di bumi. Baik yang dapat berpotensi berbahaya maupun aman. Sehingga dilakukan pengamatan dan identifikasi bentuk lahan.
Istilah bentang lahan berasal dari kata landscape (Inggris) atau landscap (Belanda) atau landschaft  (Jerman), yang secara umum berarti pemandangan. Arti pemandangan mengandung dua aspek, yaitu aspek visual dan aspek estetika pada suatu lingkungan tertentu (Zonneveld, 1979 dalam Tim Fakultas Geografi UGM, 1996). Untuk mengadakan analisis bentanglahan diperlukan suatu unit analisis yang lebih rinci.Dengan mengacu pada definisi bentang lahan tersebut, maka dapat dimengerti, bahwaunit analisis yang sesuai adalah unit bentuklahan. Oleh karena itu, untuk menganalisis dan mengklasifikasi bentanglahan selalu mendasarkan pada  kerangkakerja bentuklahan. Berdasarkan pengertian bentanglahan seperti di atas, maka dapat diketahui, bahwa ada delapan anasir bentanglahan. Kedelapan anasir bentanglahan itu adalah udara, tanah, air, batuan, bentuklahan, flora, fauna, dan manusia.
  Bentuk lahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografis khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu. Bentuk lahan terdiri dari sistem Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst, Alluvial, Dataran sampai Marine terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya yang ada di bawah lapisan permukaan bumi. Pada makalah ini akan dijelaskan kembali apa yang dimaksud dengan bentanglahan yang terbentuk berasal dari proses pelarutan.

B.     Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas maka dapat di rumuskan masalah, yaitu :
1.      Apa yang dimaksud dengan bentuk lahan ?
2.      Apa saja jenis-jenis bentuk lahan dan bagaimana proses terbentuknya ?

C.     Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan bentuk lahan dan bagaimana prosesnya.
2.      Mengetahui jenis-jenis bentuk lahan dan bagaimana proses terbentuknya.
A.    Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :
1.      Bagi Mahasiswa dan kami sendiri dapat meningkatkan pengetahuan secara khusus, pemahaman dan berusaha untuk mempelajari lebih, kemudian mengimplikasikan.
2.      Bagi Dosen dan tenaga pengajar, sebagai bahan informasi tambahan terhadap matakuliah yang bersangkutan dan materi yang diajarkan.

B.     Metode Pembuatan Makalah
Metode yang digunakan pembuatan makalah ini adalah metode sekunder, yaitu metode berdasarkan data dari buku, internet atau artikel-artikel.

BAB II
DASAR TEORI

      Asal kata Geomorfologi
•          Geos : Bumi
•          Morfo : Asal-usul
•          Logos : Ilmu  (Yunani)
•          Artinya: Ilmu yang mempelajari asal-usul bumi.
•          Geomorfologi arti fisiologisnya adalah uraian tentang bentuk bumi (Kardono Darmoyuwono, 1972).
    Definisi Geomorfologi
•          Ilmu pengetahuan yang mempelajari atau mendeskripsi bentuklahan /landforms (Lobeck, 1983: 2).
•          Ilmu tentang bentuklahan (Thronbury, 1954: 3).
•          Studi tentang bentuklahan, terutama mengenai sifat alaminya, asal mula, proses perkembangan dan komposisi material penyusunnya (Cook et al.,1978: 4).
•          Studi yang mendeskripsi bentuklahan dan proses yang mempengaruhinya, dan menyelidiki interrelasi antara bentuk dan proses tersebut dalam tatanan keruangannya (Van Zuidam et al., 1979: 5).
•          Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bentuklahan penyusun muka bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula terbentuknya (genesa)  dan perkembangan pada masa yang akan datang, serta konteksnya/ hubungannya dengan lingkungannya (Verstappen, 1983).
•          Dornhany dan Cooke
Geomorfologi mempelajari bentuk lahan dan unsure-unsur di dalamnya serta cara terbentuknya, perkembangannya dan komposisi material yang ada di dalamnya.
•          Bentuklahan/Landforms
            Merupakan bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologis yang beroperasi di permukaan bumi.
•          Proses Geomorfologis
            Semua perubahan fisik maupun kimia pada permukaan bumi oleh tenaga-tenaga geomorfologis.
•          Tenaga Geomorfologis
            Semua tenaga yang ditimbulkan oleh medium alam yang berada di permukaan bumi termasuk di atmosfer.

ASPEK - ASPEK YANG DIPELAJARI DALAM GEOMORFOLOGI
•          Bentuk lahan
            Bentuk lahan dikaji secara kuantitatif maupun kualitatif (morfometri) dimana tujuannya mendiskripsikan relief bumi. Bentuk lahan konstruksional misalnya gunung api, patahan, lipatan, dataran, plato, dome dan pegunungan kompleks. Sedangkan bentuk lahan distruksional meliputi bentuk lahan erosional, residual dan deposisional. Cabang yang mengkaji tentang bentuk lahan disebut Geomorfologi Statis.
•          Cara Terbentuknya (Genesis)
            Cara terbentuknya bentuk lahan dan perkembangan selanjutnya dalam waktu yang lama dikaji dalam Geomorfologi Genetik. Bentuk muka bumi disebabkan oleh adanya tenaga Geologi.
•          Proses
            Proses merupakan perubahan bentuk lahan dalam waktu yang relatif pendek akibat adanya gaya eksogen serta waktu perkembangannya relatif pendek. Poses ini dikaji dalam Geomorfologi Dinamik.
•          Lingkungan (enviroment)
            Proses Geomorfologi terjadi karena adanya kontak dengan lingkungan misalnya tanah, air tanah, air permukaan serta vegetasi termasuk kotak dengan manusia akan mempengaruhi terhadap bentuk lahan maupun proses yang terjadi.
 
  Bentuk lahan berdasarkan genesisnya terbagi menjadi sepuluh klas utama yaitu:
•          Bentuk lahan asal struktural, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh struktur geologis, contohnya adalah pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan kubah dan sebagainya.
•          Bentuk lahan asal vulkanik, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api, contohnya antara lain kerucut gunung api, kawah, kaldera, medan lava.
•          Bentuk lahan asal denudasi, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses degradasi seperti erosi dan longsor, contohnya bkit sisa, peneplain, lahan rusak.
•          Bentuk lahan asal fluvial, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas sungai, contohnya antara lain dataran banjir, tanggul alam, teras sungai. Karena sebagian besar sungai bermuara di laut maka sering terjadi bentuk lahan akibat kombinasi proses fluvial dan marine.
•          Bentuk lahan asal marine, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses laut seperti tenaga gelombang, pasang dan arus. Contohnya gisik pantai (beach ridge), bura (spit), tombolo, laguna.
•          Bentuk lahan asal glasial, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas gletser (gerakan massa es), contohnya adalah lembah menggantung (hanging valley), morena, drumlin.
•          Bentuk lahan asal aeolin, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses angin, contohnya gumiuk pasir yang memiliki berbagai bentuk seperti barchan, parabolik, longitudinal, transversal,bintang.
•          Bentuk lahan asal solusional (pelarutan), merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh pelarutan batuan. Banyak terdapat pada daerah kapur (karst), contohnya adalah kubah karst, dolina, uvala, polje, gua karst.
•          Bentuk lahan asal organik, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas organisme contohnya adalah terumbu karang dan pantai bakau.
•          Bentuk lahan asal antropogenik merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia contohnya kota, pelabuhan.
  Proses
      Proses yang membentuk permukaan bumi adalah:
    Epigene (proses eksogen), terbagi atas:
  Degradasi (penurunan permukaan bumi) prosesnya meliputi:
1.      Erosi oleh air yang mengalir, air tanah, angin, gelombang dan arus laut serta gletser.
2.      Pelapukan (wethering)
3.      Pemindahan massa tanah (mass wasting)
  Agradasi disebabkan oleh tenaga air yang mengalir, air tanah, gelombang, angin dan gletser.
  Organisme
    Hipogene (proses endogen), meliputi atas diatropisme serta vulkanisme.
    Ekstraterestial yang disebabkan oleh adanya benda-benda luar angkasa yang jatuh ke bumi, sehingga menimbulkan proses geomorfologi, contohnya meteor, asteroid.

KONSEP-KONSEP GEOMORFOLOGI
  Ada sepuluh konsep dasar geomorfologi meliputi:
  Konsep 1
•          Hukum dan proses fisika yang bekerja saat ini, bekerja pada waktu yang lampau meskipun tidak dengan intensitas yang sama.
•          Penjelasan:
  Hal ini mengandung pengertian bahwa hokum dan proses fisik yang bekerja saat ini telah bekerja sejak waktu geologi meskipun dengan daya kehebatan yang berbeda.
  Dalam prinsif “uniformitarianisme” dari James Hutton dikomunikasikan bahwa hokum dan proses fisik yang berlangsung pada waktu lampau sama dengan yang bekerja saat ini. Pada kenyataannya hokum dan proses fisik itu masing-masing mempunyai intensitas yang berbeda.
  Konsep 2
•          Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam perkembangan bentuk permukaan bumi.
•          Penjelasan:
  Pada setiap daerah akan memperlihatkan struktur geologi masing-masing, dimana struktur geologi ini akan berubah-ubah menurut tingkat kedewasaannya. Dengan sendirinya perkembangan bentuk permukaan bumi ini akan dapat dilihat melalui struktur geologi yang berkembang pula.
  Konsep 3
•          Pada bentuk lahan yang besar, permukaan bumi mempunyai relief (tinggi/rendah permukaan) karena proses geomorfologi telah berlangsung dengan hal yang berbeda.
  Konsep 4
•          Proses geomorfik akan meninggalkan bekasnya di atas permukaan bumi dan masing-masing proses geomorfik membentuk suatu kelompok bentuk permukaan bumi sesuai dengan karakternya.
  Konsep 5
•          Karena ada perbedaan tenaga erosi yang bekerja pada permukaan bumi, maka dihasilkan urutan bentuk permukaan bumi yang mempunyai karakteristik tertentu sesuai dengan tingakat perkembangannya.
•          Dalam hal ini akan didapatkan suatu bentuk lahan tertentu sesuai dengan tingkatan yang bekerja (menurut orde). Misalnya :
  Orde 1 (first order relief)
•          Merupakan bentuk-bentuk lahan terbesar yang terbentuk pada awal-awal perkembangan bumi. Terdiri atas benua (pangea) dan cekungan dasar laut.
  Orde 2 (second order relief)
•          Merupakan bentuk-bentuk lahan terbesar yang terbentuk pada awal-awal perkembangan bumi. Terdiri atas benua (pangea) dan cekungan dasar laut.
  Orde 3 (Third Order Relief)
Ditemukan relief berupa sisa pegunungan. Tenaga yang membentuknya adalah tenaga eksogen.
  Konsep 6
•          Evolusi geomorfik yang komplek lebih umum didapat dari pada bentuk yang sederhana. Karena banyaknya proses geomorfologi yang terjadi, maka bentuk-bentuk lahan dihasilkan tidak hanya disebabkan oleh satu proses saja.
•          Misalnya: Adanya pegunungan kompleks, di mana di daerah itu terdapat lipatan, patahan intrusi dan lain-lain.
  Konsep 7
•          Sebagian kecil dari topografi bumi dibentuk lebih tua dari zaman Tersier dan sebagian besar tidak lebih tua dari zaman Pleistosen. Hal ini dikarenakan pada zaman Tersier banyak terjadi perubahan-perubahan bumi.
•          Misalnya: Pada zaman Tersier terjadi aktivitas vulkanis.
•          Pada zaman Pleistosen sebagian air dipermukaan bumi membeku (menjadi es).
  Konsep 8
•          Interpretasi bentangan bumi pada saat ini tidak mungkin dilakukan tanpa menilai pengaruh geologi dan perubahan iklim selama zaman pleistosen.
  Konsep 9
•          Apresiasi penilaian iklim yang terjadi di dunia adalah sangat penting untuk mengetahui perbedaan proses-proses geomorfik.
  Konsep 10
Di dalam geomorfologi, walaupun terutama berkaitan dengan bentangan bumi yang ada sekarang, tetapi untuk mengkaji hal-hal tersebut harus meninjau masa lampau. Karena bentangan bumi yang ada sekarang asalnya juga dari pembentukan masa lampau maka untuk meninjau kembali kita tidak lepas dari sejarah pembentukannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses geomorfologi
  Faktor fisik, yaitu iklim dan batuan.
  Faktor iklim: suhu, kelembaban, curah hujan, angin, dan lama penyinaran matahari.
  Faktor batuan:
–        Struktur batuan, meliputi: mineral penyusun batuan, kekompakan batuan, bidang perlapisan, sikap perlapisan batuan, kekar dan sesar.
–        Tekstur batuan, meliputi: tingkat kelolosan air dan mineral penyusun batuan.
  Faktor non fisik, yaitu: vegetasi penutup, manusia dan hewan. 

  PELAPUKAN
  Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelapukan:
  Iklim,
  Topografi,
  Batuan,
  Biota,
  Waktu
 Proses pelapukan ada 3 macam:
–        Pelapukan fisis (mekanis), disebabkan oleh:
  Tekanan,
  Suhu,
  Pembentukan kristal garam, dan
  Akibat aktivitas/kegiatan manusia.
–        Pelapukan yang menghasilkan fragmen batuan yang lebih kecil, namun dengan komposisi kimia tetap.
  Pelapukan Khemis, disebabkan oleh karena proses:
  Hidrolisa,
  Hidratasi,
  Karbonasi,
  Oksidasi dan masuknya koloid ke dalam batuan.
–        Pelapukan karena adanya perubahan susunan kimia pada batuan.
  Pelapukan Organis
–        Pelapukan yang terjadi oleh aktivitas organisme, misal: cacing, rayap, dan berbagai jenis serangga yang hidup di dalam tanah serta aktivitas binatang dan manusia.
–         
  EROSI
            Erosi adalah proses pengelupasan dan pengangkutan material tanah atau batuan.
  Faktor-faktor yang menentukan erosi:
•          Iklim (curah hujan),
•          Lereng,
•          Vegetasi penutup,
•          Batuan/tanah, dan
•          Pengelolaan
  Tipe erosi permukaan:
     Erosi percik (splash erosion) adalah proses terkelupasnya partikel-partikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos.
     Erosi lembar (sheet erosion) adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian (runoff).
     Erosi alur (rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air.
     Erosi parit  (gully erosion) adalah erosi yang membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan lebar dan merupakan tingkat lanjutan dari erosi alur. 

GERAK MASSA BATUAN
•          Gerak  massa batuan atau mass-wasting atau mass movement adalah proses bergeraknya puing-puing batuan menuruni lereng secara merayap, karena pengaruh langsung gravitasi.

Gerak massa batuan dibedakan menjadi 4 kelompok:
•          Aliran lambat (slow flowage)
•          Creepyaitu gerakan tanah atau puing-puing batuan menuruni lereng karena pengaruh gravitasi, gerakan sangat lambat sehingga biasanya tidak tampak mata.
Contoh: soil creep, talus creep, rock creep, rock-glacier creep dan solifluction.
•          Aliran cepat (rapid flowage)
Bergerak sebagai aliran cepat, biasanya melewati saluran, material berupa: tanah, lempung, puing batuan yang jenuh air.
Contoh: earthflow, mudflow, debris avalanche.
•          Longsoran atau landslide
Gerakannya nampak mata, material relatif kering.
Contoh: slump, debris slide, debris fall, rock slide, rock fall.
•          Terban atau subsidence
Adalah gerakan permukaan batuan ke bawah tanpa permukaan bebas dan gerakan mendatar.
  Relief Orde I
•          Merupakan proses pembentukan permukaan bumi, seperti benua dan ledok lautan dan proses pembentukkannya sudah berlangsung jutaan tahun yang lalu, sehingga telah mengalami proses geomorfik.
  Relief Orde II
•          Merupakan kelanjutan dari relief orde I, dan bersifat membangun atau konstruksional, karena dibentuk oleh proses endogen seperti proses diatrofisme dan proses volkanisme. Hasil bentukkannya membentuk pegunungan dan daratan dan dibedakan menjadi 6, yaitu:
–        Plain dan Plateau,
–        Pegunungan Dome,
–        Pegunungan Blok,
–        Pegunungan Lipatan,
–        Pegunungan Kompleks, dan
–        Gunungapi dan bentukan yang berkaitan.
  Relief Orde III
•          Merupakan kelanjutan dari orde II dan bersifat destruktif, yaitu terjadi pengrusakan relief bumi yang dibentuk pada orde II oleh tenaga eksogen, seperti air, angin, gelombang dan es.
•          Hasil bentukan reliefnya terdiri  dari 3 bentuk tahapan, yaitu:
  Bentuk Erosional
•          Bentukan hasil proses pengelupasan relief oleh tenaga eksogen pada seluruh bagian permukaan atau sebagian dari bentuk relief orde II.
  Bentuk Residual
•          Bentukan yang tersisa dari hasil proses pengelupasan relief oleh tenaga eksogen.
  Bentuk Deposisional
•          Bentukan hasil pengendapan material hasil pengelupasan relief yang terangkut oleh tenaga eksogen.

LEMBAH DAN SUNGAI
      Perkembangan lembah dibedakan menjadi 3 tahapan, yaitu:
  1. Pelebaran lembah (valley widening)
–        Adanya erosi lateral/horisontal oleh sungai pada material dinding lembah dengan cara hidrolik dan korasif.
–        Adanya erosi dan penggerusan dinding lembah oleh aliran air hujan.
–        Pelapukan dan gerak massa batuan  yang terjadi pada dinding lembah.
–        Masuknya cabang sungai atau bergabungnya sungai ke dalam lembah sungai utama.
  1. Pendalaman lembah (valley deepening)
–        Adanya proses hidrolisis, yaitu proses air yang mengalir di dasar lembah langsung menggaruk dan membawa material-material yang ada di dasar lembah.
–        Adanya proses korosi dan abrasi pada dasar lembah, yaitu proses pengikisan dasar lembah oleh air dan adanya material yang ternagkut mempunyai tenaga untuk mengangkut, mengikis, merusak dan menghancurkan. Proses korosi bersifat kimiawi, yaitu proses pengikisan yang dipercepat oleh adanya reaksi kimia.
–        Pothole driling atau pembentukan lubang pada dasar lembah yang dapat membentuk sebuah kedung.
–        Adanya pelapukan pada dasar lembah.
  1. Pemanjangan lembah (valley lengthening)
–        Adanya erosi mundur (headward erosion) oleh air sungai
–        Berkembangnya sungai meander
–        Adanya termini, yaitu  prose pengangkatan lahan atau penurunan muka air laut.
  Klasifikasi lembah didasarkan atas 4 faktor, yaitu:
  1. Berdasarkan Umurnya, terbagi menjadi lembah muda, dewasa dan tua.
  2. Berdasarkan Genetiknya, terbagi menjadi:
–        Lembah konsekuen (k), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang mengalir sesuai dengan arah dip batuan atau perlapisan batuan.
–        Lembah subsekuen (s), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang arah alirannya sejajar dengan arah strike.
–        Lembah resekuen (r), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang mengalir searah dip batuan atau sejajar dengan lembah sungai konsekuen, biasanya aliran sungainya masuk ke sungai subsekuen.
–        Lembah Obsekuen (o), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang mengalir menuruni lereng, sehingga berlawanan dengan dip batuan dan masuk ke sungai subsekuen.
Lembah Insekuen (i), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang arah alirannya tidak dikontrol struktur batuan (dip atau strike), sehingga mengalir dengan arah tidak menentu, biasanya terjadi pada daerah pengangkatan baru.
  1. Berdasarkan Struktur pengontrolnya, terbagi menjadi:
–        Lembah monoklinal,
–        Lembah antiklinal,
–        Lembah sinklinal,
–        Lembah sesar/patahan,
–        Lembah rekahan/joint.
  1. Berdasarkan pemotongan pada struktur, terbagi menjadi:
–        Lembah superposed, yaitu lembah yang dibentuk oleh aliran sungai  yang tidak searah dengan kemiringan perlapisan batuan asal.
–        Lembah anteseden (antecedent), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang memotong struktur geologi, karena proses pengikisannya lebih cepat daripada proses pengangkatan.
Pola Aliran Sungai
      Pola Dendritik
•          Pola aliran yang perkembangannya menyebar ke segala arah dengan percabangan yang teratur.
•          Cirinya: pada batuan berstruktur homogen atau struktur horisontal dan berbutir halus; resistensi batuan homogen; permeabilitasnya seragam dan kemiringannya landai; terdapat pada lereng-lereng pegunungan.
•          Misal: Batuan shale, lempung, pasir halus, napal, tuff bercampur lempung.
      Pola Paralel
•          Pola aliran yang cabang-cabang sungainya berkembang secara paralel atau hampir paralel.
•          Cirinya: pada batuan shale atau clay dengan kemiringan yang nyata; jarak antar cabang sungai beraturan karena pengaruh struktur.
•          Pola ini terdapat pada: pantai; aliran lava dan tilted valley.
      Pola Radial
      Pola Radial Sentripetal
Pola aliran dengan sungai-sungai yang mengalir menuju pusat suatu basin/cekungan atau depresi, misal danau atau kaldera/kawah gunung api.
      Pola Radial Sentrifugal
Pola aliran dengan sungai-sungai yang mengalir menyebar dari puncak gunung menuju ke bawah. Terdapat pada gunungapi dan pegunungan dome mudaatau berstruktur volkan.
      Pola Trellis
Pola aliran yang terjadi pada daerah yang telipat kuat atau batuan berlapis yang berdip, dan menunjukan suatu pola aliran yang paralel dan biasanya mengikuti arah strike batuan.
      Pola Rektanguler
Pola aliran yang berkembang mengikuti patahan atau belahan (joint), sungai-sungai lurus dan belokan terjadi secara tiba-tiba membentuk sudut hampir 900.
      Pola Anuler
Pola alirannya menyebar dan merupakan peralihan dari pola radial, karena berkembang pada struktur melingkar/dome yang sudah terkikis kuat dan adanya perbedaan resistensi pada perlapisan batuan. Sungai-sungai subsekuen mengikuti pada zone yang kurang resisten.
      Pola Barbed
Pola aliran dengan sungai cabang yang membelok kearah hulu, merupakan pola aliran yang menunjukkan penggabungan sungai-sungai kecil ke sungai induk dengan arah belokan ke hulu. Pola ini terjadi pemenggalan sungai oleh patahan yang melintang terhadap sungai-sungai besar, sehingga arah aliran membalik dari sebagian sistemnya.
      Pola Deranged
Pola yang terbentuk pada daerah rawa atau dekat danau dengan bentuk tidak teratur, terdapat kombinasi antara drainase permukaan dan bawah permukaan.
      Pola Contorted
Pola aliran ini mula-mula sungai utama mengalir ke satu arah kemudian arahnya membalik ke arah hulu. Proses terjadinya kemungkinan karena pengaruh retakan (fracture) pada batuan atau adanya blok-blok batuan dengan berbagai kemiringan.
      Pola Anguler
Merupakan hasil modifikasi dari tipe rektangular yang ditandai dengan belokan-belokan tajam sehubungan dengan adanya joint atau patahan. Sungai-sungai cabang lebih kurang paralel dengan sungai utama dengan sudut tumpul. Pola ini terdapat pada batuan sedimen yang granuler seperti sandstone dengan kedudukan hampir horisontal.



BAB III
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bentuklahan dan Bentang Alam
Istilah bentanglahan berasal dari kata landscape (Inggris) atau Landscap (Belanda) atau landschaft  (Jerman), yang secara umum berarti pemandangan. Arti pemandangan mengandung dua aspek,yaitu aspek visual dan aspek estetika padasuatu lingkungan tertentu (Zonneveld, 1979 dalam Tim Fakultas Geografi UGM,1996).
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografiskhas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu. Dari pengertian ini, faktor-faktor penentu bentuklahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
B = f (T, P, S, M, K)………………………………(1) 
Notasi dalam rumus (1 ) tersebut adalah :
B       =  bentuklahan,
T       =  topografi
P       =  proses alam
S        =  struktur geologis
M      =  material batuan
K       =  ruang dan waktu kronologis.
Oleh karena itu untuk menganalisis bentanglahan lebih sesuai dengan berdasarkan unit bentuklahan, maka klasifikasi bentanglahan juga akan lebihsesuai jika didasarkan pada unit-unit bentuklahan yang menyusunnya. Verstappen (1983) telah mengklasifikasi bentuklahan berdasarkan genesisnya menjadisepuluh klas utama. Kesepuluh klas bentuklahan utama itu adalah sebagai berikut :
1.      Bentuklahan asal structural
2.      Bentuklahan asal vulkanik 
3.      Bentuklahan asal denudasional
4.      Bentuklahan asal fluvial
5.      Bentuklahan asal marine
6.      Bentuklahan asal glacial
7.      Bentuklahan asal Aeolian
8.      Bentuklahan asal solusional (pelarutan)
9.      Bentuklahan asal organik 
10.  Bentuklahan asal antropogenik.

B.     Bentuk – Bentuk Lahan Menurut Genesisnya

1.      Bentuk lahan asal solusional (pelarutan),
                 Bentuklahan asal solusional atau pelarutan dikenal juga dengan istilah karst.Bentuklahan karst termasuk bentuk bentuklahan yang penting, dan banyak puladitemukan di Indonesia. Bentuk ini sangat erat berhubungan dengan batuanendapan yang mudah melarut. Oleh karena itu dengan mengetahui bentuk  bentang alamnya, pada umumnya orang dapat mengetahui jenis batuannya, terutama juga karena bentuk bentangalam karst yang sangat karakteristik dan mempunyai tanda-tanda yang mudah dikenal baik di lapangan, pada petatopografi maupun pada potret udara dan citra satelit.
              Bentang alam ini terutama memperlihatkan lubang-lubang, membulat atau memanjang, gua-gua dan bukit-  bukit yang berbentuk kerucut. Di dunia, daerah yang ditutupi bentangalam karsttersebar di Perancis Selatan, Spanyol Utara, Belgia, Yunani, Jamaika, beberapanegara Amerika Selatan, dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat(Tenesse, Indiana, Kentucky). Sebenarnya kata karst berasal dari nama suatu pegunungan di Yugoslavia yang berbentangalam spesifik ini. Di Indonesia bentangalam karst dapat ditemukan di beberapa daerah di pulau Jawa, yaituJampang di Selatan Jawa Barat, pegunungan Sewu di Kulon Progo Jawa Tengah, daerah perbukitan Rembang di Jawa Timur, dan beberapa daerah di SulawesiTengah. Di Irian Barat bentangalam karst ditemukan di Kepala Burung pada formasi Klasafet, sedangkan di Sumatera ditemukan, terutama di Sumatera Selatan dan Aceh.


Bentuklahan karst terbentuk karena batuan muda dilarutkan dalam air dan membentuk lubang-lubang. Bentangalam ini terutama terjadi pada wilayah yangtersusun oleh batugamping yang mudah larut, dan batuan dolomit atau gamping dolomitan. Akibat pelarutan yang memegang peranan utama, maka air sangat penting artinya. Bentangalam karst biasanya berkembang di daerah yangmempunyai curah hujan cukup. Di samping itu, pelarutan maksimum dapat terjadi bila air tidak mencapai jenuh akan karbonat. Air yang mengalir dapat    menciptakan keadaan ini. Air yang mengandung CO2 (gas) akan lebih mudah melarutkan batugamping. Di bawah ini diperlihatkan reaksi kimia yangmenghasilkan pelarutan tersebut.
H2O + CO2 -><- H2CO3 2H2CO3 + CaCO3 -><-Ca(HCO3)2 + H2 (larut) (gas) Bila Ca(HCO3)2 terkena udara kembali maka berarti ada penambahan H2 dari udara, oleh karena itu keseimbangan reaksi akan bergerak ke kiri dan akan terbentuk kembali CaCO3 yang mengendap. Reaksi tersebut kemudian menerangkan terbentuknya stalaktit dan stalakmit yang dikenal dalam gua-gua didaerah kapur. Oleh karena itu, syarat penting untuk terbentuknya kedua jenis endapan ini ialah adanya persediaan H2 secara terus-menerus yang dapatdiperoleh apabila udara dapat mengalir di dalam gua itu. Udara yang segar selalu menggantikan udara yang berada di dalam gua. Ciri-ciri umum daerah karst antara lain :
         Daerahnya berupa cekungan-cekungan
         Terdapat bukit-bukit kecil
         Sungai-sungai yang nampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam tanah.
         Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah
         Adanya endapan sedimen lempung berwarma merah hasil dari pelapukan batu gamping.
         Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang-lubang dan runcing.
Beberapa syarat untuk dapat berkembangnya topografi karst sebagai akibat dari proses pelarutan adalah sebagai berikut :
1.      Terdapat batuan yang mudah larut (batu gamping dan dolomit)
2.       Batu gamping dengan kemurnian tinggi,
3.      Mempunyai lapisan batuan yang tebal,
4.      Terdapat banyak diaklas (retakan),
5.      Pada daerah tropis basah,
6.      Vegetasi penutup yang lebat.
Pada kondisi demikian batugamping akan mudah mengalami pelarutan oleh air yang mengalir yang akhirnya membentuk topografi karst. Kenampakan topografi karst ini sangat spesifik, baik yang ada di permukaan maupun yang ada di bawah permukaan tanah. Menurut Jenings, 1971 (dalam Dibyosaputro 1997), karst merupakan suatu kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh pelarutan batuan yang tinggi oleh air. Batuan yang membentuk karst terdapat di dekat atau pada permukaan bumi yang meliputi daerah yang luas dan tebal (ratusan meter). Jenis batuan ini harus bersifat mudah larut di dalam air. Tektonisme menjadi faktor penentu pula, sesar (fault) dankekar (joint) menjadi faktor yang amat penting. Menurut Faniran dan Jeje, 1983(dalam Dibyosaputro 1997), kekar-kekar yang terdapat pada batuan itu memberikan regangan mekanik, sehingga memudahkan gerakan air melalui batuan itu. Adanya kekar maupun sesar ini memudahkan perkembangan pelarutan di dalam batuan.

Gambar bentuk lahan Kars
Kondisi iklim mencakup ketersediaan curah hujan yang sedang hingga lebat yang bersamaan dengan temperatur yang tinggi. Kondisi semacam ini menyebabkan pelarutan dapat berlangsung secara intensif. Adanya vegetasi yang rapat membantu pelapukan solusional dan menyebabkan perkembangan karst. Vegetasi menyediakan bahan organik yang berbentuk humus dan bersama-sama dengan respirasi akar tanaman dapat menimbulkan tingkat konsentrasi karbondioksida di dalam tanahsekitar 30%. Difusi CO2 ini ke dalam air melalui seluruh tanah membantumeningkatkan intensitas pelarutan yang tinggi (Faniran dan Jeje 1983, dalam Dibyosaputro 1997).
Karstifikasi adalah proses kerja oleh air terutama secara kimiawi, meskipun secara mekanik pula, yang menghasilkan kenampakan-kenampakan topografi karst (Ritter 1979, dalam Dibyosaputro 1997).
Proses geomorfik yang penting yang bekerja di daerah berbatu gamping adalah pelarutan.Katalisator yang penting dalam pelarutan itu adalah air hujan dan karbondioksida. Karbondioksida (CO2) larut di dalam air membentuk asam karbonat (H2CO3), yang bereaksi dengan kalsium karbonat (CaCO3) membentuk kalsium bikarbonat yang merupakan larutan berair.
  Pengelompokan bentuklahan yang terjadi pada daerah Karst
Bentuklahan yang terjadi pada daerah karst dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu bentuklahan negatif dan bentuklahan positif.
1.      Bentuklahan Negatif 
Bentuklahan negatif dimaksudkan bentuklahan yang berada di bawh rata-rata permukaan setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan maupun terban.Bentuklahan-bentuklahan tersebut antara lain terdiri atas doline, uvala, polye,cockpit, blind valley.

         Doline
Doline merupakan suatu istilah yang mempunyai banyak sinonim antara lain :sink, sinkhole, cockpit, blue hole, swallow hole, ataupun cenote. Doline itusendiri telah diartikan oleh Monroe, 1970 (dalam Dibyosaputro 1997) sebagaisuatu ledokan atau lobang yang berbentuk corong pada batugamping dengandiameter dari beberapa meter hingga 1 km dan kedalamannya dari beberapa meter hingga ratusan meter. Berdasarkan genesisnya, doline dapat dibedakan menjadi 4yaitu : doline reruntuhan, doline solusi, doline terban, dan doline aluvial (Faniraandan Jeje 1983 dalam Dibyosaputro 1997).


 
Uvala
Uvala ialah ledokan tertutup yang luas, yang terbentuk oleh gabungan dari beberapa doline. Uvala mempunyai dasar yang tidak teratur yang mencerminkan  ketinggian sebelumnya dan karakteristik dari lereng doline yang telah mengalami degradasi serta lantai dasarnya tidak serata polje (Whittow 1984 dalam Dibyosaputro 1997).


Polje
Polje adalah ledokan tertutup yang luas dan memanjang di daerah topografikarst yang mempunyai dasar mendatar dan dinding sekelilingnya terjal (Ritter,1979 dalam Dibyosaputro 1997). Polje ini terjadi dari gabungan sistem gua yangruntuh dan lantai dasarnya biasanya tertutup aluvium.


   Blind Valley
Blind valley atau lembah buta adalah satu lembah yang mendadak  berakhir/buntu dan sungai yang terdapat pada lembah tersebut menjadi lenyap di bawah tanah.



2.      Bentuklahan Positif 
Pada prinsipnya terdapat 2 macam bentuklahan karst yang positif yaitu kygelkarst dan turmkarst.
      Kygelkarst
Kygelkarst merupakan suatu bentuklahan karst tropik yang didirikan oleh sejumlah bukit berbentuk kerucut, yang kadang-kadang dipisahkanoleh cockpit. Cockpit-cockpit ini saling berhubungan satu sama lain dan terjadi pada suatu garis yang mengikuti pola kekar (diaklas). Keygelkarst sering kali disebut sebagai kerucut karst atau butte. Lereng bukit-bukit initerdiri dari cliff dan endapan-endapan sebagai scree.


         Turmkarst
Turmkarst merupakan istilah yang berpadanan dengan manara karst,mogotewill, pepinohill, atau pinacle karst. Turmkarst terdiri atas perbukitan   berlereng curam atau vertikal yang menjulang tersendiri diantara dataran alluvial
Topografi karst mempunyai permukaan yang kasar akibat dari dominasi adanya doline, uvala maupun polje serta kubah-kubah kapur berupa bukit yang banyak. Di samping itu di dalam permukaan bumi sering dijumpai adanya sungai bawah tanah, gua dalam tanah, serta batu tetes yang menggantung di dinding gua (stalagtit) dan batu tetes yang ada di dasar gua (stalagmit). Mengingat bahwa didaerah karst banyak dijumpai baik bentuklahan yang positif maupun negatif,maka akan berpengaruh terhadap pola dan kerapatan kontur yang ada.
Bentuk- bentuk membulat dari doline, dan bentuk memanjang dan uvala akan dicerminkan oleh bentuk kontur yang membulat dan memanjang yang tertutup. Dengan demikian maka pada peta kontur, pola kontur di daerah karst mempunyaikenampakan spesifik  yakni adanya kontur-kontur yang bulat maupun memanjang dari doline maupun gabungan beberapa doline (uvala) dan polje. Pada umumnya pola aliran yang ada di daerah karst merupakan pola aliran yang mengikutidiaklas maupun joint dan kekar yang ada.
Potensi ekonomi di wilayah karst diantaranya endapan fosfat, terra rossa, dan bahan bangunan. Di gua-gua sering terdapat onggokan fosfat hasil reaksi kimiaantara kotoran burung penghuni gua dengan karbonat. Endapan ini dapat dipakai13 untuk bahan pupuk. Bila batugamping sudah terlarut biasanya akan meninggalkan bagian-bagian yang tidak dapat larut dalam air, oleh karena itu akan terbentuk  persenyawaan karbonat. Pada umumnya sisa-sisa ini berkomposisi besi, berwarna merah atau merah coklat. Sisa-sisa ini dinamakan terra rossa .
Terra rosa yangmengandung kadar besi tinggi ditambang kandungan bijih besinya. Dewasa ini masih dipersoalkan untuk pengambilan aluminium yang Bentangalam karst terbentuk di daerah batu gamping, oleh karena itu bahan bangunan batu gamping mudah diperoleh baik untuk industri kecil (pembakaran batu gamping) atau pun bahan semen. Patut diperhatikan kemungkinan adanya gua-gua yang sangat memegang peranan dalam perhitungan jumlah cadangan. Gua ini kadang-kadang tidak tampak di permukaan dan menyebabkan kesalahan perhitungan jumlah cadangan. Perencanaan tata letak bangunan, jalan, ataupun waduk harus memperhatikan kemungkinan adanya retak-retak yang mempermudah pelarutan batugamping ataupun adanya gua-gua yang dapat menggangu fondasi.

2.      Bentuklahan Asal Proses Eolin

Bentuklahan asal proses eolin dapat terbentuk dengan baik jika memiliki persyaratan sebagai berikut :
1.      Tersedia material berukuran pasir halus hingga pasir kasar dengan jumlah yang banyak,
2.      Adanya periode kering yang panjang dan tegas
3.      Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut
4.      Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun objek yang lain.
Endapan oleh angin terbentuk oleh adanya pengikisan,pengangkutan dan pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Endapan karena angin yang paling utama adalah gumuk pasir(sandunes),dan endapan debu(loose). Kegiatan angin mempunyai dua aspek utama,yaitu bersifat erosif dan deposisi. Bentuklahan yang berkembang terdahulu mungkin akan berkembang dengan baik apabila di padang pasir terdapat batuan. Pada hakekatnya bentuklahan asal proses eolin dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
         Erosional, contohnya : lubang angin dan lubang ombak
         Deposisional, contohnya : gumuk pasir (sandunes)
         Residual , contohnya : lag deposit, deflation hollow , dan pans
Contoh bentuk lahan asal proses eolin :

1. Gumuk Pasir atau Sandunes
Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah arid (kering).
Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk sabit (barchans),melintang (transverse), memanjang (longitudinal dune), parabola (parabolik), bintang (star dune).
Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes (terbentuk tanpa adanya suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang terbentuk karena adanya suatu penghalang). Beberapa tipe gumuk pasir:
1.      Gumuk Pasir sabit (barchan)
Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 – 15 meter. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin.

2.      Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)
Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa saja, kemudian karena proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni. Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.


3.      Gumuk Pasir Parabolik
Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.

Gumuk Pasir Memanjang (longitudinal dune)
Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.

5.      Gumuk Pasir Bintang (star dune)
Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya bentukan baru disekitarnya.
          

3.      Bentuklahan Asal Struktural

Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh kontrol struktural.
Bentukan ini dihasilkan dari struktur geologi. Terdapat dua tipe utama struktur geologi yang memberikan kontrol terhadap geomorfologi yaitu (1) struktur aktif yang menghasilkan bentukan baru, dan (2) struktur tidak aktif yang merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh perbedaan erosi masa lalu. Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 13 macam, yaitu blok pegunungan patahan, blok perbukitan patahan, pegunungan antiklinal, perbukitan antiklinal, pegunungan sinklinal, perbukitan sinklinal, pegunungan monoklinal, perbukitan monoklinal, pegunungan kubah, perbukitan kubah, dataran tinggi, lembah sinklinal, dan sembul.
4.      Bentuklahan Asal Denudasional
Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri prosespengendapan. Semua proses pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan abrasi, tersangkut ke daerah yang lebih landai menuju lereng yang kemudian terendapkan.
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief.
Bentukan ini terbentuk oleh proses gradasi yang di dalamnya terdapat dua proses yaitu (1) proses agradasi, dan (2) proses degradasi. Proses agradasi adalah berbagai proses sedimentasi dan pembentukan lahan baru sebagai material endapan dari proses degradasi. Sedangkan proses degradasi adalah proses hilangnya lapisan-lapisan dari permukaan bumi. Psoses degradasi adalah proses yang paling dominan yang terjadi. Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 8 macam, yaitu pegunungan terkikis, perbukitan terkikis, bukit sisa, bukit terisolasi, dataran nyaris, lereng kaki, pegunungan/ perbukitan dengan gerakan masa batuan, dan lahan rusak.
         Faktor – Faktor Pembentuknya
  Pengendapan (sedimentation)
  Proses-proses pelapukan (weathering
  Erosi /pengikisan dan gerak masa batuan (erosion and mass movement)
1.      Pegunungan Denudasional
Karakteristik :
  Topografi bergunung dengan lereng curam hingga sangat curam (55 - >140%)
  Selisih ketinggian dari tempat terendah hingga tempat tertinggi (relief) >500m
  Tingkat pengikisan tergantung dari kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup serta proses erosi ulang bekerja pada tempat tersebut
  Umumnya mempunyai lembah dalam, berdinding terjal dan berbentuk V karena proses yang dominan adalah proses yang cenderung pendalaman lembah (valley deepenting)
                           
2.      Perbukitan Denudasional
Karakteristik :
  Topografi berbukit dan bergelombang
  Lereng berkisar antara 15 – 55%
  Perbedaan tinggi relief (relief local) antara 50 - <500m
  Umumnya terkikis sedang hingga kecil, tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup baik alami maupun tataguna lahannya


3.      Nyaris Dataran (Peneplain)
Karakteristik :
a.      Proses denudasional yang bekerja terus-menerus pada pegunungan/perbukitan berakibat pada bentuk permukaan lahan yang hampir datar yang disebut nyaris dataran (peneplain)
b.      Dikontrol oleh batuan penyusun bentuklahan yang strukturnya berlapis (layers)
c.       Bila batuan penyusun tersebut massif dan mempunyai permukaan yang datar akibat proses erosi sering disebut permukaan planasi (planation surface). Kenampakan ini menunjukkan bahwa bentuklahan tersebut berumur tua

4.      Perbukitan Sisa Terpisah/Inselberg
Karakteristik :
a.      Bila bagian depan (dinding) suatu pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi dan lereng kaki (footslope) bertambah lebar secara terus-menerus akan meninggalkan lereng dinding bukit yang curam
b.      Umumnya berbatu tanpa penutup lahan (bare rock) dan banyak singkapan (outcrops)
c.       Dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok pegunungan/perbukitan
d.      Mempunyai bentuk membulat
e.       Bila bentuknya relative memanjang dengan dinding bukit curam disebut monadnock

5.      Kerucut Talus Atau Kipas Aluvial (Talus Cone Or Alluvial Fan)
Karakteristik :
a.      Topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (35%)
b.      Secara individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya cliff dan batuan yang hancur
c.       Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut (apex)
d.      Fragmen yang kasar karena beratnya akan mudah meluncur ke bawah dan terendapkan di bagian bawah talus


6.      Lereng Kaki (Foot Slope)
Karakteristik :
a.      Area memanjang dan relative sempit terletak di kaki pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga berombak
b.      Mempunyai lereng dari landai hingga lembut (nearly flat to gentle)
c.       Tanpa hingga sedikit terkikis
d.      Terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin)
e.       Pada umumnya sering dilewati fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya ayng diangkut oleh tenaga pengankut (air) ke daerah yang lebih rendah (missal; cekungan)


5.      Bentuklahan Asal Gunungapi (Vulkanik)
                   
Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentuk lahan yang secara umum disebut bentuk lahan gunungapi atau vulkanik.
Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 10 macam, yaitu kerucut vulkanik, lereng vulkanik, kaki vulkanik, dataran vulkanik, padang lava, padang lahar, dataran antar vulkanik, bukit vulkanik terdenudasi, boka, dan kerucut parasiter.
6.      Bentuklahan Asal Fluvial

Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan dataran aluvial (Fda) dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus.
7.      BENTUKLAHAN ASAL MARIN


Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer ke arah darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
8.      Bentuklahan Asal Glasial



Bentukan ini tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali sedikit di puncak Gunung Jaya Wijaya, Papua. Bentuk lahan asal glasial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang alam.
9.      Bentuk Lahan Asal Organik

Yakni suatu bentukan yang terjadi di dalam lingkungan laut oleh aktivitas organisme endapan batugamping cangkang dengan struktur tegar yang tahan terhadap pengaruh gelombang laut pada ekosistem bahari
10.  Bentuk Lahan Asal Organik

Antropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan dengan aktivitas manusia. Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat disebut sebagai bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah bentuk lahan yang telah ada. Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah ada. Misalnya bentuk lahan marin yang dapat berubah menjadi pelabuhan dan pantai reklamasi seperti yang terdapat pada pantai Marina Semarang, dan bentuk lahan struktural dan fluvial dapat berubah menjadi waduk serta bentuk lahan struktural dan denudasional dari bukit yang telah mengalami perubahan bentuk akibat aktivitas manusia seperti yang terjadi di bukit Ngoro Mojokerto.
Contoh dari bentuk lahan antropogenik berbeda dengan contoh dari penggunaan lahan. Misalnya sawah dan permukiman, kedua contoh ini bukan merupakan bentuk lahan antropogenik melainkan termasuk pada bentuk penggunaan lahan atau landuse karena sawah dan permukiman tidak merubah bentuk lahan yang telah ada, sawah dan permukiman hanya termasuk upaya pemanfaatan dari permukaaan bentuk lahan. Bisa saja sawah ada di dataran bentuk lahan aluvial, di lereng gunung, atau bahkan di gumuk pasir. Begitu juga dengan permukiman juga bisa terdapat di dataran rendah, dataran tinggi, lembah, maupun kaki lereng, namun keberadaan sawah dan permukiman tersebut tidak bisa digolongkan dalam bentuk lahan antropogenik.
Pemanfaatan dan pengusahaan lahan pantai oleh manusia banyak menimbulkan perubahan fisik bentang lahan yang nyata. Misalnya konstruksi bangunan pantai yang berbentuk pelabuhan. Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Pelabuhan termasuk lahan antropogenik karena bentuknya telah merubah bentuk lahan pesisir sebelumnya.
Di bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi:
         Adanya kanal-kanal laut yang cukup dalam (minimum 12 meter)
         Perlindungan dari angin, ombak, dan petir
         Akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk.
Pembangunan pelabuhan hendaknya memperhatikan aspek lokasi agar pelabuhan dapat berfungsi secara efektif dan tidak mengancam lahan sekitar. Misalnya pembangunan pelabuhan Indonesia cabang Pontianak yang dibangun di tepi sungai yang dapat menyebabkan pendangkalan yang disebabkan oleh erosi daerah hulu.




BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografiskhas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu.
Verstappen (1983) telah mengklasifikasi bentuklahan berdasarkan genesisnya menjadisepuluh klas utama. Kesepuluh klas bentuklahan utama itu adalah sebagai berikut :
1.      Bentuklahan asal structural
2.      Bentuklahan asal vulkanik 
3.      Bentuklahan asal denudasional
4.      Bentuklahan asal fluvial
5.      Bentuklahan asal marine
6.      Bentuklahan asal glacial
7.      Bentuklahan asal Aeolian
8.      Bentuklahan asal solusional (pelarutan)
9.      Bentuklahan asal organik 
10.  Bentuklahan asal antropogenik.
Bentuk lahan asal vulkanik, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api, contohnya antara lain kerucut gunung api, kawah, kaldera, medan lava.
Bentuk lahan asal denudasi, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses degradasi seperti erosi dan longsor, contohnya bkit sisa, peneplain, lahan rusak.
Bentuk lahan asal fluvial, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas sungai, contohnya antara lain dataran banjir, tanggul alam, teras sungai. Karena sebagian besar sungai bermuara di laut maka sering terjadi bentuk lahan akibat kombinasi proses fluvial dan marine.
Bentuk lahan asal marine, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses laut seperti tenaga gelombang, pasang dan arus. Contohnya gisik pantai (beach ridge), bura (spit), tombolo, laguna.
Bentuk lahan asal glasial, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas gletser (gerakan massa es), contohnya adalah lembah menggantung (hanging valley), morena, drumlin.
Bentuk lahan asal aeolin, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses angin, contohnya gumiuk pasir yang memiliki berbagai bentuk seperti barchan, parabolik, longitudinal, transversal,bintang.
Bentuk lahan asal solusional (pelarutan), merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh pelarutan batuan. Banyak terdapat pada daerah kapur (karst), contohnya adalah kubah karst, dolina, uvala, polje, gua karst.
Bentuk lahan asal organik, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas organisme contohnya adalah terumbu karang dan pantai bakau.
Bentuk lahan asal antropogenik merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia contohnya kota, pelabuhan.

B.     Saran
Dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan penjelasan tentang batuan sedimen. Untuk itu bagi pembaca agar mencari literatur yang lebih lengkap.Untuk mahasiswa agar kiranya pembuatan makalah seperti kami sebaiknya menyiapkan prossedur data yang lengkap sesuai permintaan dosen, supaya hasilnya memuaskan.
Untuk Dosen agar lebih spesifik dalam menjelaskan agar mahasiswa dapat mengerti dalam pembuatan makalah tentang batuan sedimen.
Meski kami telah berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini sempurna, namun, masih banyah kekurangan yang meski kami harus benahi. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga orang yang membantu dibalas oleh Allah SWT. Amien…….

Tidak ada komentar: